26 April 2014
Psikologi Individual Teori Adler dan Teori Allport
PSIKOLOGI INDIVIDUAL DALAM TEORI ADLER
1. Sejarah Psikologi Individual
Psikologi Individual pertama kali di perkenalkan oleh Alfred Adler. Alfred Adler lahir pada tanggal 7 Februari 1870, di kota Wina, Austria. Anak kedua dari tujuh saudara. Dia menyelesaikan studinya dalam lapangan kedokteran pada Universitas Wina tahun 1895. Pada Awal kariernya, Alfred memiliki antusiasme yang tinggi terhadap reformasi sosial. Dia sering menulis artikel-artikel di koran kelompok Sosialis. Pada tahun 1902, Adler di undang untuk bergabung dengan kelompok diskusi kecil oleh Sigmund Freud, seorang ahli Psikoanalisis. Kelompok ini namanya Psychoanalytic Wina Society. Dia sebagai anggota aktif, meskipun tak pernah menganggapnya murid maupun pengikut Freud. Dia tidak setuju dengan asumsi dasar Freud bahwa jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) adalah faktor utama dalam perkembangan kepribadian seseorang.
Freud juga menjelaskan istilah-istilah dalam analogi mesin dan binatang. Sementara Adler berusaha memahami dan mempengaruhi orang untuk meyakini bahwa manusia itu berbeda dengan mesin maupun hewan, seperti konsep-konsep dan nilai-nilai. Cara pandang inilah menjadi ciri dari semua teori yang dikembangkannya. Pada tahun 1911, Alfred mengundurkan diri dari kelompok Freud, dan mengembangkan pemikirannya sendiri. Seperti Psikolanalisis, pandangannya tidak seluas pada pandangan Freud. Pendapat Adler tambah meluas berkat adanya “The American Society of Individual Psychology” yang mempunyai majalah tersendiri yaitu The American Journal of Individual Psychology. Di mana dia sampai membuat karyanya di anggap representatif oleh para ahli yaitu Praxis und Theorie der Individual Psychologie. Pikiran dan perumusan Adler mengenai perasaan-perasaan rendah diri (inferior) dan upaya kompensatoris untuk mendapatkan kekuasaan sebagai faktor dasar dalam perkembangan pribadi, mempercepat munculnya keretakan secara terbuka.
Teori Adler yang sangat terkenal adalah Individual Psychologie yang merupakan sistem psikologi yang bertujuan untuk memahai=mi, mencegah, dan mengobati penyakit-penyakit mental manusia.
2. Pokok-pokok teori Adler
Adapun pengertian pokok-pokok teori Adler sebagai berikut :
1. Individualitas sebagai pokok persoalan
Adler menekankan penting sifat khas (unik) kepribadian yaitu, Individualitas, Kebulatan, serta Sifat-sifat pribadi manusia. Menurut Adler tiap orang adalah suatu konfigurasi motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas; tiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang membawakan corak khas gaya kehidupan bersifat individual.
Konsep gaya hidup menerangkan keunikan setiap individu. Setiap individu memiliki gaya hidup tersendiri, dan tidak ada dua orang yang memiliki gaya hidup yang sama. Gaya hidup dibentuk pada masa anak-anak sebagai kompensasi bagi inferioritasnya yang terbentuk dari sikap anak terhadap diri sendiri dan cara anak menghadapi dunia luar. Faktor yang menentukan adalah kreativitas dan tujuan yang akan dicapai anak.
2. Pandangan Teleologis : Finalisme Semu
Dalam pokok ini dipengaruhi oleh filsafat seakan-akan yang dirumuskan oleh Hans Vaihinger dalam bukunya berjudul Die Philosopie Des Als-Ob (1911) yang mengemukakan bahwa hidup manusia dalam cita-cita dan pikiran yang semata-mata bersifat semu dan tidak ada buktinya pasangan dalam realitas.
Dalam filsafat Vaihinger itu, Adler menemukan pengganti determinisme historis Freud yang menekankan faktor konstitusional serta pengalaman masa kanak-kanak, sedangkan Adler menemukan gagasan bahwa manusia lebih di dorong oleh harapan-harapan terhadap masa depan daripada pengalaman-pengalaman masa lampau. Tujuan itu tidak ada di masa depan sebagai bagian daripada suatu rancangan teleologis, melainkan secara subyektif pada waktu kini sebagai keinginan atau cita-cita yang mempengaruhi tingkah laku dewasa ini. Jadi segala aktivitas proses psikis di tentukan oleh motif-motif tertentu, bilamana motif-motif ini tidak disadari oleh yang bersangkutan. Tujuan yang ingin dikejar manusia hanya satu fiksi yaitu satu cita-cita yang tak mungkin direalisasikan, namun kendatipun demikian merupakan pelecut yang nyata bagi usaha manusia, dan karenanya merupakan sumber keterangan dari pemahaman tingkah laku.
3. Rasa Rendah Diri dan Kompensasi
Pemahaman ini berawal ketika Alfred mempelajari kedokteran, dan menyelidiki tentang orang yang sakit menderita pada daerah tubuh tertentu, sampai dia menemukan jawaban bahwa hal itu terjadi karena terdapat kekurangan-kekurangan kesempurnaan dan minderwertingkeit (inferiority), baik karena dasar maupun karena kelainan dalam perkembangan. Sehingga menerbitkan monograf tentang minderwertingkeit von organen. Dia memperluas pendapatnya tentang rasa rendah diri itu. Pengertian ini mencakup segala rasa kurang berharga yang timbul karena ketidakmampuan psikologis atau sosial yang dirasa secara subyektif, taupun karena keadaan jasmani yang kurang sempurna.
Adler berpendapat bahwa rasa rendah diri itu bukanlah sutu pertanda ketidakhormatan, melainkan justru merupakan pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan manusia. Tentu saja rasa endah diri itu berlebih-lebih sehingga manifestinya juga tidak normal, tetapi alam keadaan normal, rasa rendah diri itu sebaga pendorong ke arah kemajuan atau kesempurnaan (superior). Kendatipun rasa rendah diri itu membawa penderitaan , namun hilangnya rasa rendah diri itu tidak mesti berarti datangnya kenikmatan, tetapi mencapai kesempurnaan. Timbulnya rasa rendah diri disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
a. Cacat jasmani
b. Di manjakan
c. Di didik dengan kekerasan
d. Terlantar
e. Merasa di kucilkan
Namun terdapat usaha untuk mengatasi raa rendah diri yang dilakukan individu dengan cara kompensasi, yaitu :
a. Mengatasi kelemahan dengan usaha giat di bidang yang sama
b. Menutupi kelemahan dengan menunjukkan kelebihan diidang lain.
c. Menegembangkan kelebihan yang dimiliki tanpa melihat kekurangannya.
4. Dorongan Pokok
Di dalam diri manusia terdapat dua dorongan pokok yang mendorong serta melatarbelakangi segala tingkah lakunya, yaitu :
a. Dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia bertindak yang mengabdi kepada masyarakat.
b. Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak yang mengabdi pada diri sendiri
Kesimpulan dari dorongan ini bahwa dorongan agresif lebih penting daripada dorongan seksual. Kemudian nafsu agresif (Geltungstrieb) diganti dengan keinginan berkuasa (Wille Zue Match), dan kemudian lagi diganti dengan dorongan superior, dorongan yang berharga, untuk lebih sempurna. Superioritas disini bukanlah keadaan yang obyektif, seperti kedudukan tinggi dan sebagainya, melainkan adalah keadaan subyektif, pengalaman dan perasaan yang cukup berharga. Dorongan berharga ini adalah hal yang ada dalam diri subek sebagai bahan dari hidupnya. Dorongan ini dapat menjelma alam beribu-ribu bentuk atau cara.
5. Dorongan Kemasyarakatan
Dalam bentuk konkretnya dorongan ini misalnya berwujud kooperasi, hubungan sosial, hubungan antarpribadi, mengikatkan diri dalam kelompok, dan sebagainya. Secara teori dalam artinya luas, dorongan kemasyarakatan merupakan dorongan untuk membantu masyarakat guna mencapai tujuan masyarakat yang sempurna. Dalama hubungan ini, Adler menyatakan “Sosial interest is true and inevitable conpensation for all teh natural weaksesses of individual human being” (Adler, 1929, p31)
Dorongan kemasyarakatan itu adalah dasar yang dibawa sejak lahir, pada asarnya manusia adalah makhluk sosial. Namun sebagaimana lain-lain kemungkinan bawaan, kemungkinan mengabdi kepada masyarakat itu tidak nampak secara spontan, melainkan harus dibimbing dan dilatih. Justru karena pendirian itulah dia yakin paedagogisch optimisme dan menyediakan banyak waktu untuk mendirikan klinik bimbingan anak-anak. Jadi dapat digambarkan dari teori Adler, yaitu :
a. Mula-mula manusia di anggap di dorong oleh dorongan untuk mengejar kekuatan dan keuasaan sebagai lantaran untuk mencapai kompensasi bagi rasa rendah dirinya.
b. Selanjutnya manusia di anggapnya didorong oleh dorongan kemasyarakatan yang dibawa sejak lahir yang menyebabkan dia menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
Jadi gambaran manusia sempurna hidup dalam masyarakat sempurna menggantikan gambaran tentang manusia kuat, agresif, dan menguasai segala sesuatu. Singkatnya, dorongan kemasyarakatan menggantikan dorongan kekuatan, namun secara keseluruhan kedua pokok yang di ketengahkan di muka itu yaitu dorongan kekuatan dan dorongan kemasyarakatan baginya kedua-duanya sangat penting sebagaimana di nayatakan oleh Adler sendiri bahwa “Dorongan untuk berkuasa, memainkan peranan penting dalam perkembangan kepribadian” (Adler, 1946, p.145 ).
6. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pengertian sentral dalam teori Adler, tetapi juga pengertian paling sukar di jelaskan. Gaya hidup ini adalah prinsip yang dapat dipakai landasan untuk memahami tingkah laku seseorang yang melatarbelakangi sifat khas seseorang. Tiap orang punya gaya hidup masing-masing. Tiap tingkah laku orang tentu membawakan gaya hidupnya, dia mengamati berangan-angan, berpikir serta bertindak dalam gayanya sendiri yang khas.
Gaya hidup seseorang itu terbentuk antara umur tiga sampai lima tahun, selanjutnya segala pengalaman di hadapi dengan di asimilasikan sesuai dengan gaya hidup yang khas itu. Setelah gaya hidupnya terbentuk, praktis gaya hidupnya tak dapat di ubah lagi; betul orang mungkin dapat memperoleh cara-cara untuk melahirkan atau menampakkan gaya hidupnya: tetapi gaya hidup itu sendiri tidak akan berubah. Menurut Adler, gaya hidup itu di tentukan oleh inferioritas yang khusus, jadi gaya hidup itu adalah suatu bentuk kompensasi terhadap kekurang sempurnaan tertentu.
Teori Adler tentang gaya hidup sebagai dasar tingkah laku ini akhirnya tidak memuaskan diri sendiri. Karena hal iu di pandang terlalu sederhana dan terlalu mekanistis, karena itu dicarinya pengertian yang lebih memadai, dan akhirnya hal itu di kemukakannya : diri yang kreatif.
7. Diri yang kreatif
Diri yang kreatif adalah penggerak utama, pegangan filsafat, sebab pertama begi semua tingkah laku. Sehingga sukarnya menjelaskan soal ini karena orang tak dapat menyaksikannya secara langsung akan tetapi hanya menyaksikan lewat manifestinya. Inilah yang mengantarai antara perangsang yang dihadapi individu dengan response yang dilakukannya. Diri yang krestif inilah memberi arti kepada hidup, yang menetapkan tujuan serta membuat alat-alat untuk mencapainya.
8. Konstelasi Keluarga
Kehidupan masa kecil sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian. Menurut Adler, kepribadian anak pertama, anak tengah, anak terakhir, dan anak tunggal sangat berbeda, karena perlakuan yang diterima dari orang tua dan saudara-saudaranya yang memiliki tingkah laku beragam, sehingga mereka akan mudah mengikuti arus tingkah laku tersebut
9. Tidur dan Mimpi
Hidup kejiwaan merupakan hidup kesatuan jiwa dan raga, yang tercermin dalam keadaan bangun tidur dapat dijadikan pedoman untuk hidup kejiwaan seseorang. Adapun menurut Adler di definisikan sebagai berikut :
a. Tidur Telentang, menunjukkan yang bersangkutan memiliki sifat pemberani, bercita-cita tinggi, dan memiliki kemauan kuat.
b. Tidur Bergulung (Mlungker), menunjukkan sifat kurang berani, penakut, kurang berambisi, lemah dalam mengambil keputusan.
c. Tidur Menggeliat tidak Karuan, menunjukkan yang bersangkutan memilii sifat semborono, tidak teratur, dan sejenisnya.
d. Tidur dengan Kaki diatas Bantal, menunjukkan yang bersangkutan memiliki jiwa petualangan, tidak takut terhadap situasi, dan berani melangkah.
e. Orang yang mdah tidur menunjukkan proses penyesuaian dirinya berjalan baik.
f. Orang yang tidurnya berpindah-pindah, atau menangis waktu tidur, menunukkan arti bahwa yang bersangkutan sangat membutuhkan perlindungan karena merasa terancam, tertekan, maupun kesepian.
10. Mengakui Aspek Ketidaksadaran
Sebagai kekuatan dasar aktivitas manusia dan merupakan bagian dari upaya untuk mencapai tujuan yang tidak diketahui.
3. Arti Penting Psikologi Individual
Psikologi Individual mempunyai arti yang penting sebagai cara untuk memahami tingkah laku manusia. Pengertian seperti gambaran semua, rasa rendah diri, kompensasi, gaya hidup, dan krefatifitas akan memberikan pedoman penting untuk memahami sesama manusia. Aliran ini tidak memberikan susunan yang teliti mengenai struktur, dinamika, serta perkembangan kepribadian, tetapi mementingkan perumusan petunjuk-petunjuk praktis untuk memahami sesama manusia. Karena itu justru teori Adler ini mempunyai arti penting, karena hal-hal berikut :
1. Optimisme yang bidang pendidikannya, lain daripada itu pendekatan secara psikologi sosial berarti membuka halaman baru dalam bidang psikologi kepribadian.
2. Penentuan tujuan-tujuan yang susila, seperti :
a. Keharusan memikul tanggung jawab
b. Keberanian menghadapi kesukaran-kesukaran hidup
c. Mengikis dorongan kelakuan dan mengembangkan dorongan kemasyarakatan
d. Menyelami diri sendiri dan membuka kecenderungan-kecenderungan yang egoistis yang tersembunyi.
Selain itu beberapa kelemahan-kelemahan dalam teori Adler, dilancarkan juga seperti :
a. Kehidupan Jiwa dipandang terlampau sederhana
b. Arti dasar dan keturunan dipandang sangat kecil dan berpengaruh lingkungan di nilai berlebih-lebiham. Hal ini sangat berguna bagi praktek pendidikan akan tetapi secar teori akan mudah mendapat tantangan.
Kerja dan riset Adler mempengaruhi banyak psikolog dan terapis besar yang kemudian mengikuti jejaknya seperti Albert Ellis, Victor Frankl, Rudolf Dreikurs, Rollo May, dan William Glasser.
Psikologi individu melihat pribadi secara menyeluruh dan berfokus pada keunikannya. Pandangan Adler tentang manusia menawarkan sebuah fokus alternatif yang positif dan menyegarkan bagi teori psikoanalisi Freud. Di inti teorinya terdapat sebuah keyakinan bahwa manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengatasi kelemahan yang disadarinya, untuk kemudian mengembangkan potensinya sendiri menuju aktualisasi diri, apalagi jika ditaruh dalam lingkungan positif, pertumbuhan tersebut akan pasti terjadi. Menurut Adler, perasaan inferior, seseorang biasanya mengalami tiga perasaan tersebut lewat sumber berikut : (a) ketergantungan biologis dan ketergantungan umum layaknya bayi; (b) gambar diri yang dianggap kecil ketika dibandingkan dengan sesuatu yang agung, mulia atau besar; dan (c) inferioritas organ tubuh. Namun dorongan dalam diri sendiri umunya memampukan subyek mengompensasi perasaan-perasaan ini untuk berjuang meraih superioritas dan kesempurnaan.
4. Manusia dalam pandangan Adler
Gambaran Adler mengenai manusia adalah gambaran yang optimis, karena manusia tidak di arahkan oleh kekuatan tidak sadar. Manusia memiliki kebebasan untuk membentuk kekuatan sosial yang berpengaruh pada dirinya dan menggunakannya secara kreatif untuk membangun gaya hidup yang unik. Teori Adler memberi harapan dan memuji hakiat manusia. Konsepnya mengenai manusia lebih memberikan keyakinan kita terhadap kemampuan diri sendiri dan menjadi antitesis dari Pandangan Freud yang suram. Teorinya berfokus pada perasaan rendah diri dan cara untuk mengatasinya, yaitu dalam bentuk overcompnesion (mencoba terlalu keras untuk menebus apa yang kurang). Dia menyatakan bahwa gaya hidup seseorang individu di bentuk pada usia lima tahun. Dia juga menekankan pentingnya kekuatan sosial atau lngkungan sekitar dalam pengembangan kepribadian anak. Menurutnya, setiap orang di lahirkan dengan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan menyadari akan pentingnya masyarakat bagi kehidupannya. Meskipun demikian, pandangan Adler mengenai beberapa aspek manusia berasal dari dalam. Adler mengemukakan suatu ciri unsur psikologi dengan dasar psikologi bahwa :
a. Tingkah laku manusia di motivasikan oleh dorongan-dorongan sosial, karena manusia pada dasarnya makhluk sosial.
b. Manusia memiliki diri yang kreatif. Konsep ini baru untuk mengimbangi objektivitisme dan psikoanalisis klasik. Diri sebagai penyebab tingkah laku manusia.
c. Setiap orang merupakan konfigurasi unik dari motif-motif, sifat-sifat, minat-minat, dan nilai-nilai yang berbeda dari psikoanalisi klasik yang menekankan keunikan pribadi.
d. Kesadaran sebagai pusat kepribadian. Dalam pemikirannya Adler mengambil alih ide filsafat positivisme yang mengatakan bahwa manusia hidup dengan banyak cita-ckta yang semata-mata fiktif, dan hidup berdasarkan harapan-harapan dan bukan masa lampaunya.
5. Konsep Utama Teori Adler
Konsep utama yang di kembangkan dalam teori Adler sebegai berikut :
a. Prinsip Inferioritas
• Perasaan Inferior
Adler menyatakan bahwa perasann inferior adalah sumber perjuangan bagi manusia. Pertumbuhan individu selama hidupnya terjadi sebgai hasil dari kompensasi, yaitu upaya untuk mengatasi inferioritas (dalam bentuk percitraan yang nyata) dalam diri kita. Perasaan inferior tidak dapat di hilangkan, bahkan sebaliknya memiliki peranan penting karena menyediakan motivasi untuk berjuang dan tumbuh. Proses kompensasi ini dimulai sejak masa bayi. Selama hidupnya manusia akan di arahkan oleh kebutuhan untuk mengatasi perasaan ini dan teruas berjuang untuk mencapai tahapan yang lebih tinggi dalam perkembangan.
• Kompleks Inferioritas
Kompleks Inferioritas (Inferiority Complex) adalah Ketidakmampuan untuk mengatasi perasaan inferior akan membawa bayi pada situasi. Orang dengan kompleks inferioritas memiliki kemiskinan opini tentang diri sendiri dan merasa tidak berdaya. Mereka ini selalu di bantu orang dewasa dalam mencapai tujuan. Kemunculan inferioritas terjadi pada masa kanak-kanak yang terdiri dari inferior organis, pemanjaan, dan pengabaian. Dalam penelitian Adler, menyatakan bahwa kecacatan bagian tuuh akan membentuk kepribadian tertentu yang selalu menunjukkan upaya mengompensasi kecacatan atau kelemahan yang di milikinya. Selain itu pemanjaan anak juga dapat menyebabkan kompleks inferioritas. Dalam lingkungan seperti ini, anak secara alamiah berkembang bahawa dirinya sangat pening dalam situasi apapun dan selalu diberi kesempatan. Ketika dihadapkan pada keharusan menunggu, anak percaya bahwa mereka pasti mempunyai kekurangan pribadi yang merintangi. Sementara untuk anak di abaikan, kondisi ini akan memnculkan kompleks inferioritas. Anak tersebut akan kekurangan kasih sayang karena ada rasa tidak peduli. Dengan demikian, anak akan mengembangkan rasa tidak percaya.
• Kompleks Superioritas
Kompleks Superioritas akan berkembang jika seseorang melakukan kompensasi yang berlebihan (overcompensation), sehingga akan membesar-besarkan kemampuan dan prestasi yang dicapainya. Kecenderungan tingkah laku yang muncul adalah sombong, menjelak-jelekkan orang lain, dan sebagainya.
b. Prinsip Superioritas
Adler menggambarkan perjuangan menuju superior adalah fakta utama dalam hidup (Adler 1930). Superioritas yang dimakud tidak sama dengan dengan makna superior secara umum, atau sama dengan komplek superioritas. Adler menjelaskan bahawa superior yang dimaksud adalah dorongan untuk mencapai kesempurnaan (perfection). Dengan demikian menurut Adler kita berjuang untuk menjadi superior sebagai upaya untuk menyempurnakan diri sendiri sehingga membuat diri kita lengkap dan utuh. Inilah tujuan manusia yaitu mengarahkan diri untuk mencapai keutuhan dan kelengkapan yang berorientasi ke depan. Berbeda dengan Freud yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia di tentukan oleh masa lalu (insting dan pengalaman masa anak-anak). Adler melihat bahwa motivasi akan membentuk harapan pada masa depan. Oleh karena itu, hanya superioritas atau kesempurnaan yang dapat menerangkan kepribadian.
c. Finalisme Semu
Adler menerapkan konsep finalisme sebagai konsep yang memiliki tujuan utama (ultime goal) dalam mencapai kondisi akhir dari keberadaan dan keinginan untuk bergerak ke depan. Adler percaya bahwa tujuan utama yang ini kita capai adalah bayangan semu yang tidak dapat diuji dalam kenyataan. Adler memformulasikan konsep ini dengan finalisme semu (fictional finalisme), sebuah pernyataan yang menunjukkan bahwa pikiran semu akan mengantarkan kita untuk berperilaku tertentu sebagai upaya memenuhi keyakinan. Formulasi terbaik dai perkembangan keberadaan fiksi semu manusia adalah konsep mengenai Tuhan. Ada dua point dalam menjadi superior, pertama meningkatkan tekanan, bukan meredakan tekanan. Kedua perjuangan menjadi superior yang di manifestikan baik oleh individu maupun masyarakat. Dalam pandangan Alder individu dan masyarakat saling berhubungan dan saling bergantungan. Selanjutnya manusia secara terus-menerus berjuan untuk sesuatu yang semu (khayali).
d. Gaya Hidup
Gaya Hidup dalam pandangan Adler yaitu mencapai superioritas melalui cara-cra yang berbeda dengan menggambarkan pola tingkah laku, kebiasan, dan karakteristik yang unik. Setiap anak mengalami perasaan inferior akan memotivasikan dirinya untuuk mengompensasi ketidakberdayaan dan ketidakbergantungan. Dalam melakukan kompensasi tersebut sangat memerlukan tingkah laku. Tingkah laku tersebut merupakan bagian dari gaya hidup dan dirancang untuk mengompensasi keberadaan inferior. Gaya hidup menjadi panduan kerja pola tingkah laku, meskipun bergantung pada interaksi sosial, terutama pada urutan kelahiran dalam keluarga.
• Masa Anak-anak
Menurut Adler maupun Freud, melihat kepribadian atau gaya hidup sebagai sesuatu yang dibentuk pada masa awal kehidupan. Adler merasa ada tiga masa anak-anak yang menjadi dasar situasi yang paling berkontribusi dalam gaya hidup yang rusak. Pertama, organ Inferioritas serta penyakit anak usia dini. Kedua Memanjakan. Pada hal ini anak baik secara di manjakan oleh orang tuanya, segala keinginannya dikabulkan sehingga merubah pola pada anak. Jika ketika anak tidak terkabulkan maka ia akan menunjukkan gejala maupun ekpresinya, sehingga lama-kelamaan akan menyadarkan sendiri bahwa tidak semua keinginannya terkabulkan. Ketiga Pengabaian. Pada hal ini anak menjadi koraban ketidakpedulian orang tua, karena mungkin anak tersebut kurang kasih sayang sehingga anak akan mudah emosi bila di nashati, tetapi lama-kelamaan akan sadar sendiri terkait hal tersebut.
• Diagnosis
Berbagai bentuk ketakutan yang dapat menyebabkan kecemasan maupun kekhawatiran. Agresifitas terbuka dapat menunjukkan tanda-tanda kompleks superioritas. Adler juga menganggap pentingnya mimpi, karena merupakan ekspresi dari gaya hidup yang biasanya mencerminkan tujuan yang ingin dicapai dan masalah-masalah yang dihadapi.
e. Kekuatan Diri Kreatif
Adler berpendapat bahawa keberadaan manusia bebas untuk membuat gaya hidup yang tepat sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya, baik diperoleh dari sambungan genetik maupun lingkungannya. Meskipun tidak spesifik, tetapi dengan tegas Adler menyatakan bahwa gaya hidup kita sudah tidak ditentukan, tetapi kit bebas untuk memilih dan membuat gaya hidup kita. Namun sekali terbentuk, gaya hidup tetap konstan selama hidup. Adler juga menjelaskan beberapa masalah yang bersifat uniiversal dan dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu masalah yang berkaitan dengan perilaku terhadap orang ain, masalah pekerjaan, masalah cinta/asmara. Dia pun mengajukan 4 tipe gaya hidup dasar yang berkaitan dengan masalah-masalah di atas yaitu tipe dominan, tipe menerima, tipe menghindar, dan tipe berguna secara sosial.
f. Minat Sosial
Minat sosial di definisikan dengan potensi dalam diri untuk bekerjasama dengan orang lain demi mencapai tujuan pribadi dan sosial. Adler menggunkan konsep ini berasal dari bahasa Jerman, Gemaynschaftsgefuhl, istilah yang tepat untuk menerjemahkan perasaan masyarakat (Comunity Feeling). (Stepansky, 1983)
Meskipun anusia sangat dipengaruhi oleh kekuatan biologis dan sosial, dalam pandangan Adler potensi minat sosial datangnya dari dalam diri dan menjadi elemen biologis/. Selanjutnya, elemen tersebut mengalami perluasan bergantung pada pengalaman sosial awal. Adler percaya bahwa ibu memanikan peran vital dalam memabngun minat sosial. Oleh karena itu, ibu harus mnengajarkan anak-nakanya untuk dapat bekerjasama dan saling mendukung dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup. Orang yang tidak memiliki perasaan minat sosial akan menjadi neurotik dan mungkin menjadi perilaku kriminal. Adler percaya bahawa rasa kebencian rasial terjadi karena miskinnya perasaan masyarakat.
g. Urutan Kelahiran
Menurut Adler, urutan kelahiran berpengaruh besar terhadap masa kanak-kanak, karena di saat itulah kita mengembangkan gaya hidup. Meskupin memiliki orang tua yang sama dalam satu rumah dengan saudara kandung, dimana selalu mendapat perhatian dan sikap yang berbeda –beda, dan hal tersebut akan menetukan kepribadian. Menurut Adler, 4 situasi yang berkaitan dengan urutan kelahiran, sebagai berikut :
• Anak Pertama
Anak pertama berada dalam situasi yang unik, umumnya mereka menggembirakan luar biasa terhadap kelahiran anak pertama. Anak pertama memiliki kegembiraan dan rasa aman sampai anak kedua lahir. Pada saat anak pertama mempunyai adik, tiba-tiba tidak lagi menjadi fokus perhatian, menerima cinta dan kasih sayang seperti dulu. Anak pertama merasa kondisi “turun takhta”. Tak seorang pun yang menduga bahwa pergantian yang drastis menyakitkan terjadi dan tanpa mampu melawan. Dia mencoba mendapatkan kembali kekuasaan dan keistimewaan posisinya. Adler yakin bahwa setiap anak pertama merasa keget dengan perubahan statusnya. Meskipun demikian, perasaan kehilangan ini sangat bergantung pada usia anak pertama saat “sang pesaing” lahir. Mereka akan berlatih menjadi lebih berkuasa di banding dengan saudara mudanya. Adler percaya bahwa anak pertama juga memiliki minat yang tidak biasa dalam menjaga keteraturan dan otoritas. Mereka menjadi organizer yang baik, hati-hatu, cermat, dan detil.
• Anak Kedua
Dari awal anak kedua telah menjadi penentu model saudara yang lebih tua. Anak kedua biasanya menjadi penyebab kehebohan atau pergolakan dalam kehidupan anak pertama. Umumna orang tua menerapkan pola pengasuhan yang berbeda terhadap anak kedua. Kompetisi dengan anak pertama akan memotivasi anak kedua. Mereka tidak memiliki kekuasaan, tetapi anak kedua tidak terlalu mempedulikan hal-hal tersebut, mereka lebih optimis terhadap masa depan, lebih kompetitif dan ambisius.
• Anak Paling Muda (Bungsu)
Anak bungsu tidak akan menghadapi kekagetan terhadap penurunan takhta. Anak bungsu sering menjdi kesayangan keluarga, terutama jika jarak umurnya dengan sudaranya lebih jauh. Dorongan untuk melampaui saudara kandung seringkali luar biasa pesat. Anak bungsu selalu berprestasi tinggi diberbagai bidang di masa dewasanya.Kejadian yang terbalik, jika anak bungsu di manja, maka dia percaya bahwa tak perlu belajar atau berusaha keras meraih apapun. Pada masa perkembangannya beberapa anak tidak dapat memelihara ketidaberdayaan dan kebergantungan, tidak biasa untuk berjuang, sehingga pada masa dewasa banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri.
• Anak Tunggal
Anak tunggal tak pernah kehilangan posisi utamanya dalam keluarga. Dia lebih meluangkan waktu bersama orang dewasa. Karena itu, anak tunggal lebih cepat matang karena dia memanifestikan sikap dan tingkah laku orang dewasa. Anak tunggal mungkin mengalami kesulitan ketgiatan di luar rumah. Jika kemampuan yang dimilikinya tidak dapat membuat pengakuan dan perhatian, maka akan timbul kekecewaan besar.
Berdasarkan pengalaman mengenai urutan kelahiran, Adler tidak mengjukan pern yang jelas mengenai perkembangan masa kanak-kanak. Anak tidak secara otomatis membutuhkan karakter tertentu berdasarkan posisinyadalam keluarga. Pernyataan Adler mengenai gaya hidup tertentu berkembang sebagai fungsi dari urutan kelahiran dikombinasikan dengan interaksi sosial pada awal kehidupan. Konsep diri kreatif akan membangun gaya hidup menggunakan kedua pengaruh tersebut.
h. Tipe Psikologis
Adler mengembangkan tipologi kepribadian, menurutnya tedapat 4 tipe yaitu tipe dominan, tipe bersandar, tipe menghindar, dan tipe berguna secara sosial. Tipologi ini didasarkan pada arah energi dan hubungan sosial. Pertama tipe dominan, mereka sejak kanak-kanak memiliki kecenderungan agresif dan dominan terhadap orang lain. Kedua, tipe bersandar. Mereka adalah orang yang peka. Analoginya seperti membuat tempurung di sekelilingnya guna melindungi diri. Mereka tidak memiliki tingkat energi yang rendah sehingga terus bergantung. Apabila tidak sanggup, mereka mengahadapi gejala-gejala seperti neurotik, phobia, dan obsesif. Ketiga, tipe menghindar. Mereka memiliki tingkat energi yang sangat rendah dan hanya dapat bertahan hidup dengan cara menghindar. Keempat, tipe berguna secara sosial. Ini adalah tipe orang yang sehat, memiliki minat sosial dan energi untuk hidup.
Teori mengenai 4 tipe kepribadian ini mirip dengan 4 tipe kepribadian yang dikembangkan oleh orang Yunani Kuno (Hipocrates). Adler percaya bahwa setiap orang adalah individu yang unik dan dapat mengembangkan gaya hidup yang unik. Ide pengembangan konsep mengenai tipologi ini hany bersifat perangkat heuristik, artinya hanya merupakan fiksi, bukan realitas mutlak.
6. Pengaruh Teori Adler
“The American Society of Individual Psychology” yang berperan besar mempengaruhi teori Adler di Amerika Serikat. Sedangkan di Eropa, teori Adler mulai meluas dan banyak pengikut, salah satunya Fritz Kunkel dengan karya utamanya “Einfuhrung in die Charakterkunde” (Zurich; 1928, 1950). Kunkel berpegang teguh kepada dasar pikiran Adler. Pendapatnya bersifat memperkaya Individual Psychology juga dapat di ikuti melalui pengertian-pengertian pokok yang digunakannya. Pendapat Kunkel di kemukakan sebagai berikut :
1. Dua Dorongan Pokok
Kunkel berpendapat bahwa kehidupan jiwa adalah dinamis dan dinamika ini karena oleh adanya dua dorongan yang salinh bertentangan yaitu :
a. Dorongan Keakuan (Inchhaftigkeit atau Unsachlichkeit) dorongan untuk mengabdi kepada aku (diri sendiri).
b. Dorongan Kekitaan (Wirhaftigkeit atau Sachlichkeit) dorongan untuk mengabdi kepada kita (Umum, Dunia Luar, dsb)
Kedua golongan tersebut adanya dalam diri orang berbanding terbalik sesama, artinya semakin besar Inchhaftigkeit berarti semakin kecil Wirhaftigkeit dan sebaliknya. Orang yang bersikap Ichhaftig akan menilai segala sesuatu atas dasar sejauh mana hal yang di hadapi itu berguna bagi usahanya untuk mengejar Ich ideal, kepentingan akunya, sedangkan orang yang bersikap Wirhaftig akan meninjau dari segi kemajuan kemnusiaan (sesama manusia).
2. Termometer Penilai Diri
Termometer Penilai Diri di gambarkan saling berhubungan antara kedua dorongan pokok dalam diri manusia. Hukum psikis di gambarkan sebagai berikut :
Garis yang tegak lurus menggambarkan segala sesuatu yang bersangkutan dengan aku, Jadi Inchhaftigkeit. Derajat-derajat di bawah nol menggambarkan rasa rendah diri, sedangkan derajat di atas nol menggambarkan usaha ke arah superioritas. Garis mendatar menggambarkan unsur kekitaan, Wirhaftigkeit; sedangkan lingkaran-lingkaran yang bergaris tengah itu menggambarkan daerah gerak individu dengan sesama manusia.
1. Semakin besar (dalam) rasa rendah diri maka semakin besar (tinggi) usaha memegahkan diri, dan sebaliknya. Jadi misalnya rasa rendah diri -40 maka usaha memegahkan diri +40, dan selanjutnya.
2. Semakin besar Inchhaftigkeit maka semakin akan kecil Wirhaftigkeit serta daerah gerak dalam masyarakat dan sebaliknya. Jadi misalnya pada Inchhaftigkeit berdaerah -40 - - - +40 Wirhaftigkeit akan berdaerah a - - - b dan selanjutnya.
Secara teori ada dua sikap hidup yang ekstrem, yaitu :
a. Garis tegak lurus tak terhingga dan garis serta lingkungan mendatar lenyap sehingga hanya merupakan titik; orang demikian ini segala tingkah lakunya hanya berhubungan dengan dirinya sendiri relasi dan dengan orang lain tidak ada (sakit jiwa).
b. Garis serta lingkaran mendatar tak terhingga sehngga garis tegak lurus melenyap; orang demikian menyangkutkan segala tindakannya dengan kekitaan, Inchhaftigkeit terkikis habis (orang keramat).
3. Apersepsi bertendes dan dresat
Apersepsi bertendes yaitu tendens yang menyebabkan orang menyimpang dari kenyataan dalam mengadakan apersepsi. Apersepsi bertendes semakin mendalam dan menghasilkan dresat. Dresat adalah kebiasaan memandang segala sesuatu dari sudut tertentu dan bersifat beku, nampak sebagai dresur. Dresur itu bersifat memaksa kepada penderitanya sebagai hukum alam, menekan kebebasan batin, dan mendorong ke arah ketidakberanian.
4. Umfinalisierung
Umfinalisierung menggambarkan perbuatan yang dilakukan dengan tidak semestinya, tetapi menurut nyatanya menuju ketujuan yang wajar, namun terpengaruh oleh penghargaan dalam hubungan dengan orang lain, demi kepentingan diri sendiri. Misalnya seorang anak membuat rumah-rumahan bukan berarti membuat rumah sebenarnya tetapi ingin mendapatkan pujian dari teman-temannya.
5. Lingkaran Setan (Teufelkreis) dan proses pencernaan (Klarung Proses)
Orang mungkin tidak berani menghadapi kenyataan, karena sangat terikat dengan rasa akunya, jadi sangat menderita rasa rendah diri, hal ini mendorong untuk berusaha menutup kekurangannya atau mencapai kompensasi. Jika usaha ini gagal maka rasa rendah diri akan lebih mendalam, usaha ke arah kompensasi akan semakin kuat. Jadi alam hal ini individu seolah-olah dilingkari oleh pagar yang menakutkan yang makin lama makin bertambah sempit daerahnya sehingga akan mengurung dalam kesukaran. Inilah yang disebut Lingkaran Setan
Keterangan Gambar :
L1: Kesukaran hidup yang pertama di hadapi
A: Usaha kompensasi untuk mengatasi/menembus L1 ; Usaha ini gagal lalu menimbulkan L2 .
L2: Rintangan hidup yang baru.
B : Usaha untuk menembus L2; usaha ini gagal dan menimbulkan L3
L3: Rintangan hidup yang baru
C : Usaha untuk menembus L4 , jika usaha gagal maka menimbulkan L4 , dan seterusnya.
Kejadian yang digambarkan diatas akan mencapai taraf kritis. Dalam krisis ini mungkin sekali individu yang bersangkutan itu sadar akan kesesatannya. Inilah namanya proses pencerahan. Proses pencerahan melewati berbagai fase, yaitu :
a. Fase Pertama adalah fase mendapatkan pengertian yang benar.
b. Fase Kedua adalah berani menghadapi kenyataan hidup yang sewajarnya.
c. Fase Selanjutnya adalah berani mengatasi kesukaran hidup secara wajar.
Dengan terjadinya proses pencerahan ini terjadilah perubahan besar dalam diri indiviu yang bersangkutan.
B. PSIKOLOGI INDIVIDU DALAM TEORI ALLPORT
1. Penjelasan Psikologi Individu menurut Teori Allport
Dalam psikologi di bahas mengenai kuantifikasi atau pencarian dasar-dasar tak sadar yang mendorong tingkah laku manusia. Dalam situasi ilmiah yang demikian itu mendorong Gordon W. Allport mengambil jalannya sendiri yang berbeda dari pandangan umum, dia mengadakan penyelidikan secara kualitatif dan mengutamakan dorongan-dorongan sadar. Pemikiran yang teliti dan sistemaits dapat mempersatukan gagasan-gagasan yang berasal dari berbagai pemikiran terkenl dalam lapangan pdikologi seperti ahli-ahli psikologi Gestalt, W. Stern, W. James McDougall dari psikologi Gestalt dan Stern.
Gordon W. Allport lahir pada tahun 1897 di Indiana, Amerika Serikat. Di besarkan di Cleveland. Ayahnya seorang Dokter, saudaranya tiga, semua laki-laki. Dia menyelesaikan pelajaran “Undergraduate” di Harvard University. Tahun 1919 menyelesaikan pelajarannya dengan keahlian ilmu pokok Ekonomi dan Filsafat, dan mengajar di Istanbul, Turki dalam mata kuliah Sosiologi dan Bahasa Inggris. Tahun 1922 dia mendapat gelar Ph.D dalam bidang Psikologi. Antara tahun 1922-1924 dia belajar di luar negeri seperti Berlin, Hamburg, Cambridge. Hingga pada tahun 1926 dia di angkat menjadi guru besar pembantu di Darmouth College Universit selama 4 tahun dan kembali ke Harvard serta menjadi pemegang utama dalam peranan pembentukan Department of Social relations di Harvard University. Karena latar belakangnya pengalaman mengajar di perguruan tinggi, maka dalam tulisannya Allport menunjukkan perhatian yang besar pada segi didaktisnya. Selama kariernya itu Allport menerima banyak kehormatan dengan di pilih sebagai presiden “The American Psychological Association” sehingga banyak karya dan bukunya di kenang oleh para ahli psikologi.
2. Gambaran mengenai pendirian Allport
Karena daerah kerjanya luas, maka tidak untuk menandai sikap-sikap khas pendiriannya. Namun hal tersebut juga dapat dilakukan.
a. Tulisan-tulisannya selalu menunjukkan usaha untuk mementingkan sifat komplek yang unik dan khas daripada tingkah laku manusia. Sifat kompleks yang beragam pada individu itu mempunyai dasar kebulatan atau kesatuan (unitas). Kebulatan tingkah laku dan pentingnya dorongan sadar ini yang menyebabkan Allport mementingkan gejala yang di sebut self atau ego.
b. Bagi Allport, tidak ada kontinuitas antara formal dan tak formal , antara anak dan orang dewasa, antara manusia dan hewan. Teori seperti Psikoanalisi mungkin sangat berguna untuk tingkh laku yang tak formal, tetapi akan sedikit sekali gunanya menghadapi tingkah laku formal. Dalam bukunya Scientific models and humans morals (1924) dia mengemukakan bahwa dengan memkai sebagai model mesin, hewan, anak, anak, tidak dapat didsarkan yang cukup kuat untuk menyusun teori yng bermanfaat mengenai tingkah laku manusia.
c. Penggunaan metode dan penemuan-penemuan psikologis di dalam tindakan, di mana usaha dilakukan untuk memperbaiki keadaan sosial yang tak di inginkan merupakan hal yang sangat dipentingkan bagi Allport. Sifat kompleks yang ada pada manusia itu terlalu besar untuk dimengerti secara sempurna oleh metode-metode dan konsepsi ahli psikologi.
d. Allport menyatakan bahwa karyanya terutama di tujukan pada masalah-masalah empiris dan tidak untuk mendapat sesuatu kesatuan metodologi dan teori.
3. Pokok-pokok teori Allport.
a. Struktur dan dinamika kepribadian.
Dalam teori-yeori yang lain dalam rangka pembicaraan stuktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian. Rangka ini tidak dapat membicarakan teori Allport, karena bagi Allport, stuktur kepribadian itu dlam sifat-sifat dan tingkah laku yang didorong sifat-sifat. Tetapi semua pengertian itu diterima dan dianggap penting, namun tekanan utama diletakkan pada sifat, sedangkan di samping itu sikap dan intensi diberinya kedudukanyang kira-kira sama, sehingga ada yang menamakan psikologi Allport itu adalah “trait psikologi”.
• Kepribadian dan Watak
Bagi Allport, definisi bukanlah sesuatu yang dipanang enteng. Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya (Allport, 1951, p.48). Sedangkan Definisi watak, Allport menunjukkan arti normatif, dia menyatakan bahwa “character is personality evaluated and personality is character devaluated” (Allport 1951, p.52).
• Temperamen
Temperamen diposisikan sangat erat diposisikan hubungannya dengan faktor-faktor biologis atau fisiologis karena sedikit sekali mengalami motivasi di dalam perkembangannya. Bagi Allport, temperamen adalah bagian khusus dari kepribadian yang di berikan definisi demikian “Temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat-sifat emosi individu, juga termasuk mudah tidaknya kena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara dari fluktuasi dan intensitat suasana hati. Gejala ini tergantung kepada faktor konstitusional dan karenanya terutama berasal dari keturunan” (Allport, 1951, p.54).
• Sifat (trait)
Sifat adalah tendens determinasi atau predisposisi dan diberikan definisi demikian “Sifat adalah sistem neuropsikis yang digeneralisasikan dan diarahkan, dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama memulai secara membimbing tingkah laku adaptif dan ekpresif secara sama” (Allport, 1951, p. 289). Perbedaan sifat dengan beberapa pengertian lain yaitu Kebiasaan, Sikap, dan Tipe, menjelaskan Sifat dan Kebiasaan kedua-duanya adalah tendens determinasi, akan tetapi sifat itu lebih umum baik dalam situasi yang di cocokinya, sedangkan Sifat dan Sikap kedua-duanya adalah hasil dari faktor genetis dan belajar. Selanjutnya Sifat dengan Tipe, menjelaskna bahwa sifat dapat mencerminkan sifat khas pribadi sedangkan tipe melah menyembunyikannya
• Proprium
Allport mengemukakan hendaknya semua fungsi self atau ego ini disebut sebagai fungsi proporium (propiate function) daripada kepribadian. Dalam bidang inilah terdapat akar daripada ketetapan (consistensy) yang menandai sikap intensi dan evaluasi. Proprium ini tidak dibawa sejak lahir, tetapi berkembang di dalam perkembangan individu.
• Otonomi Fungsional (Functional Autonomy)
Telah disebutkan individu itu menjangkau ke masa depan dan bahwa tujuan-tujuannya merupakan faktor yang menentukan yang penting bagi tingkah lakunya kini. Pada pokoknya prinsip itu menyatakan bahwa aktivitas tertentu atau bentuk tingkah laku tertentu dapat menjadi akhir atau tujuan sendiri walaupun dalam kenyataanya mula-mula terjadi karena sesuatu alasan lain. Tiap tingkah laku, sederhana atau kompleks, walaupun mula-mula diasalkan dari tegangan organis, dapat terus berlangsung dengan sendirinya tabpa adanya faktor biologis yang memperkuat baginya. Otonomi fungsional menyatakan bahwa pemburu akan tetap berburu walaupun tidak ada arti instrumentalnya artinya tanpa ada dorongan agresi ataupun kebutuhan-kebutuhan yang lebih pokok dari itu yang mendasari perbuatan itu.
b. Perkembangan Kepribadian
Melihat teori otonomi fungsional itu nyatalah bahwa individu itu lahir dari itu mengalami perubahan-perubahan yang penting.
• Kanak-kanak
Bagi Allport, pertumbuhan merupakan proses diferensiasi dan integrasi yang berlangsung secara terus menerus. Jadi beberapa tingkah laku anak itu merupakan perintis bagi pola-pola kepribadian selanjutnya. Allport menyimpulkan, bahwa setidak-tidaknya pada bagian kedua tahun petama anak telah menunjukkan dengan pasti sifat-sifat yang khas.
• Transformasi Kanak-kanak
Prisnsip ini menjelaskan bahwa apa yang mula-mula alat untuk tujuan biologis dapat menjadi motif yang otonom yang medorong dan memberi arah tingkah laku.
• Orang Dewasa
Pada orang dewasa faktor-faktor yang mendorong terjadinya tingkah laku adalah sifat-sifat yang terorganisasikan dan selaras. Sifat ini timbul dari berbagai cara dari perlengkpan-perlengkapan yang dimiliki neonatus. Pada umumnya orang akan lebih tahu apa yang akan dikehendaki di kerjakan seseorang, dia akan tahu rencana-rencana yang disadarinya daripada ingatan-ingatan tertentu.
C. Penerapan Psikologi Individual dalam Pemahaman Tingkah Laku
Dalam pemahaman tingkah laku, psikologi individual memberikan sumbangan :
a. Pengertian mengenai rasa rendah diri, kompensasi, gaya hidup, konstelasi keluarga, serta dorongan pokok dalam diri manusia.
b. Praktik di bidang pendidikan dalam bentuk upaya penentuan tujuan-tujuan yang susila berupa keharusan memikul tanggung jawab, keberanian menghadapi kesukaran hidup, mengikis dorongan keakuan dan mengembangkan dorongan kemasyarakatan, dan upaya untuk mnyelami diri sendiri dan membuka kecenderungan-kecenderungan egoistis yang tersembunyi.
c. Optimisme dalam bidang pendidikan dalam mengembangkan karir yang selalu mengahadapi segala rintangan dan hambatan dalam mencapai tujuan pendidikan.
D. Penerapan Psikologi Individual dalam Konseling dan Psikoterapi.
Adler adalah tokoh utama perintis terapi keluarga yang berkontribusi besar dibidang konseling sekolah. Dewasa ini, konsep Adlerian digunakan juga kasus-kasus anak yang orang tuanya bercerai atau tidak mendapat hak/perlakuan sebagai anak.
Menurut Adler, Neurosis berarti tujuan hidup tidak akan realitis dan finalisme semu. Karena tidak memeperhitungkan kapasitas keterbatasan dan lingkungan sosial yang ada. Seseorang akan merasa rendah diri dan merasa di tolak karena mungkin menetapkan tujuan yang terlalu tinggi sehingga tidak dapat di jangkau. Apabila merasa kalah dan tidak mampu mengatasi situai-situasi tertentu , seperti kegagalan dalam pendidikan, dia berusaha menghindari situasi-situasi yang memungkinkannya untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk bekerja secara efektif. Penderita neurotik juga memilih gaya hidup yang tidak tepat sebagai alat untuk mencapai tujuannya. Dalam upaya mereka mengimbangi perasaan lemah, penderita neurotik cenderung mengompensasi secara berlebihan. Alder menunjukkan bahwa sebenarnya penderita neurotik mengalami gaya hidup yang salah. Penderita neurotik berjuang untuk kebesaran pribadi. Mereka bertindak seolah-olah lemah, seolah-olah pencundang. Meski dalam kenyataannya meraka dapat eksis dan bertindak secara konstruktif, mereka memanfaatkan kelemahan khayali dan menggunakan sebagai alasan, bukan menjadi tantangan untuk kehidupan secara konstruktif. Mereka kecenderungan menggunakan pengaman sebagai kompensasi untuk menangkal inferioritas secara maladaptive, buka dengan cara adaptif. Memang kita semua menggunakan pelindung sebagai mekanisme pertahanan diri, tetapi orang neurotik menggunakannya secara berlebihan.
Teori Adler kadang di sebut perspektif sosioteologis ketika membahas perjuangan konstan individu mencapai tujuan mereka. Adler juga menekankan pentingnya pengembangan minat sosial klien untuk kemudian mendidik kembali mereka agar mampu hidup ditengah masyarakat sebagai pribadi yang sanggup memberikan sesuatu bagi masyarakat, bukan cuma menerima atau menuntut. Ketika seseorang datang untuk menjalani terapi, diasumsikan ia tengah mengalami ketidakkongruenan dan ketidaknyamanan di dalam bekerja, persahabatn, dan cinta. Proses konseling kemudian dilihat secara terapis dan klien bekerjasama untuk membantu klien mengembangkan kesadaran, sikap dan perilaku yang lebih sehat sehingga sanggup berfungsi lebih penuh di masyarakat.
Proses Adlerian melibatkan empat tahap yaitu, membangun relasi, mendignosis, menginterpretasi dan mendapatkan pemahaman, serta mengorientasi ulang. Pada sesi membangun relasi, konselor menetapkan sebuah relasi dengan klien lewat interviu subyektif maupun obyektif yang didalamnya terbantu klien merasa nyaman. Kemudian tahap diagnostik meliputi interviu gaya hidup, prosedur asesmen formal yang melihat hal-hal seperti konstelasi keluarga, persepsi mengenai hubungan dengan saudara-saudara kandung, serta mimpi-mipmi terus berulang. Fase interpretasi adalah waktu ketika konselor dan klien mengembangkan pemahaman dan interviu gaya hidupnya tentang “kekeliruan dasar” klien dengan menganalisis dan mendiskusikan keyakinan, tujuan hidup, serta gerakan yang dikembangkan klien diawal kehidupannya dan menjamin pola, sikap hidup perilaku, pikiran, dan emosi. Tahap pengorientasian-ulang mungkin paling bkritis karena di tahap inilah terapis membantu konseli bergerak dari pemahaman intelektual menuju perkembanga aktual dan ekpresi sikap dan perilaku yang lebih sehat. Di titik ini dukungan konselor, penguatan, pengarahan, dan pembinaan diupayakan secara aktif untuk membuat sejumlah perubahan-perubahan bagi cara-cara yang sehat dalam berpikir dan berperilaku menjadi cara-cara yang lebih memuaskan bagi klien.
Adler tidak menetapkan aturan atau metode yang kuat dan ketat dalam pelaksanaan terapinya. Ia percaya bahwa gaya hidup klien akan menentukan prosedur yang dilakukan. Frekuensi kontak kliens dan terapis juga cukup sekali atau dua kali seminggu. Tujuan pertama terapis Adlerian adalah menjalin kontak dengan klien kemudian membangun kepercayaan. Kepercayaan diri dibangun dengan menempatkan klien sebagai rekan, sehingga dapat membangun kerjasama. Kedua, terapis berusaha untuk mengungkapkan kesalhan gaya hidup klien dan memberikan wawasan tentang kondisi riil sekarang. Klien dibimbing secara perlahan-lahan untuk mengenali kesalahan dalam tujuan pribadi, gaya hidup, sikap dalam kehidupannya
Terapi Adlerian berusaha untuk medorong kilen menghadapi masalah dan mengembangkan cara yang konstruktif. Terapis berusaha menanamkan keberanian bertindak “seolah-olah” membatasai fiksi lama. Terapis tidak membuat keputusan dan mempertanggungjawabkan kepada klien, tetapi bersifat membantu klien dalam mengambil keputusan sendiri dan mendorong klien untuk berani menerima tugas baru dengan penuh tanggung jawab. Dalam pengertian ini terapis memainkan peran sebagai pendidik yang mendidik penderita neurotik untuk mengembangkan seni hidup yang konstruktif. Adler percaya bahwa hanya dengan mensubkordinasikan kepentingan pribadi demi mencapai kesejahteraan mayarakat kita bisa mencapai superioritas, karena sesuatu yang tepat dan tak terelakkan dari semua kompensasi terhadap kelemahan alami manusia adalah bahwa keadilan sosial untuk semua.
Adler juga memiliki pengaruh sangat besar terhadap psikiter Hanry Stack Sullivan, orang yang mengembangkan teknik observatif parsitipatif. Teknik ini didasarkan pada keyakinan bahwa seorang pengamat dalam hubungan intepersonal akan lebih efektif apabila menjadi peserta di dalamnya. Sullivan juga menciptakan istilah co-depenency yang sering digunakan di Al Anon (Alcoholic Anomynious), sebuah organisasi bagi para pecandu alkohol, yang saling membantu untuk melepas kebergantungan pada alkohol
Konsep Adler juga digunakan untuk mengembangkan metode pendidikan yang lebih efektif dan pengasuhan anak (Dreifurs, 1952-1953; Binter, 1991). Adler mendorong calon orang tua untuk terlibat dalam pelatihan pengasuhan . Dia juga mengembangankan kreativitas diri dan membangun kekuatan-kekuatan yang tepat dalam membantuk tujuan dan gaya hidup yang tepat dalam memahami kesalahan-kesalahan yang terjadi selama ini. Melalui pendidikan, Adler percaya bahwa minat sosial dan keadilan sosial dapat dikembangkan dan selanjutnya menjadi cara paling tepat untuk mengompensasi kelemahan pribadi kita. Adler aktif dalam kegiatan bimbingan klinis anak dan melibatkan diri dalam reformasi pidana. Adler secara radikal menentang jenis terapis yang terlalu menekanka kemerdekaan dari egosentris (May, 1991).
Langganan:
Postingan (Atom)