28 Juni 2015
Sekilas IKIP PGRI Madiun
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia Madiun, disingkat IKIP PGRI Madiun, adalah institut keguruan dan ilmu pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia di Madiun, Indonesia, yang berdiri pada 17 Mei 1975. Rektor pada tahun 2009 adalah Prof. Dr. Parji. S.Pd. M.Pd. KIP PGRI Madiun dirintis mulai tahun 1971 oleh Yayasan Pembina Perguruan Tinggi Madiun (YAPPERTIMA) dengan nama IKIP DAERAH MADIUN di Madiun. Konfederasi ini belum pula memberikan status. Akhirnya pada tahun 1975 IKIP Malang cabang Madiun ini oleh YAPPERTIMA diserahkan kepada Pimpinan Daerah PGRI VIII Jawa Timur untuk dibina, kemudian namanya berganti menjadi IKIP PGRI Jawa Timur di Madiun. Berkat perjuangan yang tidak kenal lelah, maka pada tahun 1975 berdasarkan Akte Notaris Anwar Nahayudi No. 44 tanggal 13 Nopember 1975 mengusulkan status. Setahun kemudian tepatnya 17 Mei 1976 mendapat status terdaftar dari Kopertis Wilayah VI No. 85/I/76.
IKIP PGRI Jawa Timur di Madiun dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 18 Pebruari 1985 diakui sebagai IKIP yang mandiri dengan nama IKIP PGRI Madiun, yang dibina oleh Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi PGRI Kotamadya Madiun (YPLP PT PGRI Kotamadya Madiun). Yayasan ini didirikan dengan Akta Notaris R. N. Sinulingga, SH., tanggal 31 Mei 1985 No. 103 dan bertanggung jawab langsung kepada Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan PGRI Pusat di Jakarta. Di dalam perkembangan selanjutnya kemandirian dan status terdaftar IKIP PGRI Madiun itu dikuatkan lagi dengan SK Mendikbud No. 0395/O/1986 tanggal 25 Mei 1986.
Dengan demikian Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun secara yuridis formal didirikan oleh Yayasan PGRI Daerah VIII Jawa Timur dengan Akte Notaris Anwar Nahayudi No. 44 tanggal 13 Nopember 1975. Setahun kemudian tepatnya 17 Mei 1976 mendapat status terdaftar dari Kopertis Wilayah VI No. 85/I/76. Empat belas tahun kemudian statusnya naik menjadi diakui. Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0603/O/1990 tanggal 13 September 1990. Berikut adalah fakultas dan jurusan yang terdapat di IKIP PGRI Madiun:
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
Jurusan Bimbingan Konseling
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial (FPIPS)
Jurusan Pendidikan Akuntansi
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS)
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Sarjana)
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Pascasarjana)
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA (FPMIPA)
Jurusan Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Pendidikan Teknik Elektro
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
Sekilas IKIP PGRI Semarang
Universitas PGRI Sémarang ngadég tanggal 23 Juli 1981 déning Pengurus Daérah Tingkat I PGRI Provinsi Jawa Tengah lumantar Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan (YPLP) IKIP PGRI Jawa Tengah.[1] . Ancasé yaiku kanggo nyaosaké calon dwija berkualitas sing bakal tumut mèlu mbangun lan ningkatna mutu pendidikan sarta kagayuh kasejahteraan kanggo para guru ing Indonésia.[2] , ing sajroning perkembangané, IKIP PGRI Semarang dibagi patang pèriode.[3] . Pèriode sepisanan yaiku pèriode perintisan kelembagaan (1981-1986).[4] .Pèriode iki prantandané karo ngadegé IKIP PGRI Jawa Tengah déning Pengurus Daérah Tingkat I PGRI Provinsi Jawa Tengah kanthi pimpinan Drs. Is Riwidigdo.[5] . lan tokoh-tokoh liyanè antaranè Taruna, S.H. ; Drs. Is Riwidigdo ; Drs. Karseno ; Drs. R. Antonius Supardi Hadiatmodjo ; Drs. Muhamad Oemar ; Drs. Thomas Saha Adiutomo ; Drs. Abdul Latief Nawawi S.H. ; Drs. Soeparjo ; Ny. Widayati Sumiyatun Soeharto ; lan Drs. Teddy Iskandi.[6] .Lumantar SK Mèndikbud No. 0395/0/1984 IKIP PGRI Jawa Tengah éwah dadi STKIP PGRI Jawa Tengah.[7] .
Pèriode kaping pindho yaiku pèriode pembangunan kelembagaan (1987-1992).[8] ,ing pèriode iki, dipimpin déning Réktor Taruna, S.H., STKIP PGRI Jawa Tengah éwah jeneng dadi IKIP PGRI Semarang.[9] .
Période kaping telu yaiku pèriode pembangunan akademik (1993-1997).[10] .Période iki dipimpin déning Réktor Prof. Drs. Satmoko kanthi fokus utama ningkataké mutu dosèn lumantar program studi lanjut.[11] .Prosès pembangunan akademik disempurnakna ana ing éra kepemimpinan Prof. Drs. Sugijono, M.Sc. (1997-2001) sing duwèni enem program studi yaiku Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Pendidikan Matematika (Pend. Mat), Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn); lan Pendidikan Biologi (Pend. Bio). Kabèh program studi iku mau diajukna marang Badan Akréditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) kanthi éntuk akrèditasi B.[12] .
Pèriode kaping papat yaiku pèriode pengembangan (2001-2009).[13] . sing dipimpin déning Réktor Dr. Sulistiyo, M.Pd., IKIP PGRI Semarang sing sempet diwacanakna bakal éwah dadi Universitas mantep tetep bertahan kanthi wujud IKIP.[14]. Euforia saka akèhing perguruan tinggi kanggo ngéwahi jeneng justru gawé IKIP PGRI Semarang san saya fokus minangka perguruan tinggi untuk mengubah nama justru membuat IKIP PGRI Semarang semakin fokus sebagai perguruan tinggi pencetak tenaga kependidikan. saka melejite posisi IKIP PGRI Semarang minangka 5 (lima) besar Perguruan Tinggi Swasta (PTS) sing paling diminati calon mahasiswa.
IKIP PGRI Semarang dumunung ing tengah-tengah kutha Semarang kang nduwéni gedhong utama ing dalan Sidodadi Wétan No. 24, Dr. Cipto-Semarang 50125 lan Gedhong anyar ingkang diarani gedhong pusat ana ing dalan Lontar No. 1, Semarang 50125 Indonesia. IKIP PGRI semarang kaperang dadi papat fakultas yaiku Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam lan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. IKIP PGRI uga ndhuwéni program Pascasarjana progam studi Manajemen Pendidikan.
Sekilas Universitas Merdeka Malang
Universitas Merdeka Malang merupakan Perguruan Tinggi Swasta berdiri sejak tanggal 29 Januari 1964, yang diselenggarakan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Merdeka Pusat Malang (YPTMPM) di Malang ( Akta Nomor 5.a tanggal 5 Juli 1964). Lembaga pendidikan ini didirikan oleh R. Edwin Soedardji, Soekiman Dahlan, SH., Frasnsiscus Soetrisno, Soegondo, Soetikno, SH., Dharma . Pada tahun 1972 nama YPTMPM diubah menjadi Yayasan Perguruan Tinggi Merdeka Malang, yang disingkat YPTM, . Menurut badan hukum yang mengelola Universitas Merdeka adalah Yayasan perguruan Tinggi Merdeka Pusat Malang (Akta Nomor 32 tahun 1972). Yayasan Perguruan tinggi Merdeka (YPTM) merupakan Yayasan swasta yang mengemban dua (2) fungsi utama, yaitu (1) fungsi pertahanan ideologi negara. Fungsi ini menuntut YPTM bertindak sebagai lembaga yang ikut serta dalam mempertahankan, mengamankan, mengamalkan Pancasila dan UUD 1945; (2) fungsi lembaga ilmiah yang melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dalam rangka mengemban kedua fungsi tersebut, YPTM bersama dengan Universitas Merdeka Malang melakukan berbagai langkah pembenahan. Pada tahun 1983 kembali Yayasan dikukuhkan dengan Yayasan Perguruan Tinggi Merdeka.
Secara historis keberadaan Universitas Merdeka Malang tidak dapat dipisahkan dengan Kodam V Brawijaya. Hubungan YPTM dan Universitas Merdeka Malang dengan KODAM VIII/BRAWIJAYA merupakan bagain dari proses sejarah berdirinya YPTM. Konteks sejarah inilah yang pertama-tama mendasar hubungan antara YPTM dengan KODAM VIII/BRAWIJAYA. Di samping konteks kesejarahan, kesamaan misi dan fungsi yang diemban mendorong kerjasama antara YPTM dengan KODAM VIII/BRAWIAJAYA sama mengemban fungsi memepertahankan, mengamankan, dan mengamalkan Pancasila dan UUD 1945. Universitas Merdeka Malang didirikan sebagai kubu pertahanan ideologi Pancasila, dan UUD tahun 1945. Atas permohonan Pendiri Yayasan Perguruan Tinggi Merdeka Malang, Kolone R. Edwin Soedardji kepada Pangkodam VIII/BRAWIJAYA, maka bertepatan dengan HUT Kodam VIII/Brawijaya yang ke XXIII tanggal 17 Desember 1968, Universitas Merdeka dinyatakan berinduk pada Slagorde KODAM VIII/Brawijaya (sekarang KODAM V/Brawijaya) bertindak selaku pembina utama dari Yayasan Perguruan Tinggi Merdeka Malang dan Universitas Merdeka Malang sedangkan untuk pelaksanaan tugasnya sehari-hari Universitas Merdeka Malang berada di bawah Pembina harian Komando Resort Militer 083/Bhaladhika Jaya, dalam hal ini Komandan Korem 083/Bhaladika Jaya adalah Ex-officio Pembina Harian Universitas Merdeka Malang.
Sejak tahun 1976 pengembangan Unmer Malang terus dilakukan. Pemantapan rencana pengembangan secara sistematis terus dikembangkan mulai tahun 1983 melalui penetapan rencana pengembangan jangka pabjang dengan menyusun Rencan Induk Pengembangan (RIP) sebagai berikut:
Rencana Pengembangan yang diawali dengan : Rencana Induk Pengembangan Tahap I : tahun 1976-1983
Rencana Induk Pengembangan II : tahun 1983-1987, sebagai tindak lanjut atas keberhasilan pengembangan tahap I
Rencana Induk Pengembangan III : tahun 1987-1991, melalui Surat Keputusan ketua Yayasan Perguruan Tinggi Merdeka Malang Nomor : Skep-032/YPTM/VI/1987, tanggal 20 Juni 1987.
Rencana Induk Pengembangan IV : tahun 1993-1997, melalui Surat Keputusan Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Merdeka Malang Nomor : Skep-99/YPTM/XII/1993, tanggal 28 Desember 1993.
Renaca Pengembangan tahap V: tahun 1998-2006 merupakan tahap pengembang menuju institusi pendidikan yang berkualitas
Pengembangan tahapVI: tahun 2006-2015, Rencana Pengem ini tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) UNIVERSITAS MERDEKA MALANG Tahun 2006-2015 yang ditetapkan melalui Keputusan Ketua YPTM No: Kep-01/YPTM/I/2006.
Berkat kerja keras dan keterpaduan semau unsur sivitas akademika, baik di tingkat yayasan mupun universwitas, maka secara bertahap kemajuan-kemajuan di bidang akademik amupun non akademik atau pembangunan fisik, memperlihatkan hasil nyata melalui peningkatan reputasi Unmer Malang sebagai Perguruan Tinggi Swasta tertua di Jawa Timur, khususnya di Kota Malang. Beberapa prestasi baik di bidang akademik maupun bidang non-akademik terus diukir oleh insan-insan civitas akademika Unmer Malang, yang secara konsisten melakukan pengembangan mutu secara berkelanjutan dengan jargon utamanya menuju The Quality University.
Sekilas Kampus Universitas Negeri Malang
Universitas Negeri Malang, disingkat UM, merupakan perguruan tinggi negeri yang terletak di Malang dan Blitar, Jawa Timur, Indonesia. Universitas yang didirikan pada tanggal 18 Oktober 1954 ini sebelumnya bernama IKIP Malang yang merupakan salah satu IKIP tertua di Indonesia. Rektor UM saat ini dijabat oleh Prof. Dr. H. Suparno. Menjadi perguruan tinggi unggul dan menjadi rujukan dalam penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi merupakan Visi dari universitas ini.
Adapun beberapa Misi dari Universitas Negeri Malang :
Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran di perguruan tinggi yang berpusat pada peserta didik menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi.
Menyelenggarakan penelitian dalam ilmu kependidikan ilmu pengetahuan teknologi ilmu sosial budaya seni dan/atau olahraga yang temuannya bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan kesejahteraan masyarakat.
Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat melalui penerapan ilmu kependidikan ilmu pengetahuan teknologi ilmu sosial budaya seni dan/atau olahraga.
Menyelenggarakan tatapamong perguruan tinggi yang otonom akuntabel dan transparan yang menjamin peningkatan kualitas berkelanjutan.
Dan Tujuan dari Universitas Negeri Malang ialah :
Menghasilkan lulusan yang cerdas religius berakhlak mulia mandiri dan mampu berkembang secara profesional.
Menghasilkan karya ilmiah dan karya kreatif yang unggul dan menjadi rujukan dalam ilmu kependidikan ilmu pengetahuan teknologi ilmu sosial budaya seni dan/atau olahraga.
Menghasilkan karya pengabdian kepada masyarakat melalui penerapan ilmu kependidikan ilmu pengetahuan teknologi ilmu sosial budaya seni dan/atau olahraga untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri produktif dan sejahtera.
Menghasilkan kinerja institusi yang efektif dan efisien untuk menjamin pertumbuhan kualitas pelaksanaan tridharma perguruan tinggi yang berkelanjutan.
Universitas Negeri Malang, disingkat UM, merupakan perguruan tinggi negeri yang terletak di Malang dan Blitar, Jawa Timur, Indonesia. Universitas yang didirikan pada tanggal 18 Oktober 1954 ini sebelumnya bernama PTPG Malang, lalu IKIP Malang yang membuatnya menjadi salah satu IKIP tertua di Indonesia. Rektor UM saat ini dijabat oleh Prof. Dr. H. Ah. Rofiuddin, M.Pd
Cikal bakal Universitas Negeri Malang adalah Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) di Malang yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Mr. Mohammad Yamin, pada tanggal 18 Oktober 1954 berdasarkan SK No. 38742/Kab tanggal 1 September 1954. Bersamaan dengan itu pula, Prof. Sutan Adam Bachtiar ditugaskan sebagai Rektor PTPG Malang.
Pada awal pendiriannya, PTPG Malang mempunyai lima jurusan perintis, yaitu Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Sejarah dan Budaya, Ilmu Ekonomi, serta Ilmu Pasti Alam. Adapun, perkuliahan diselenggarakan di gedung SMA Tugu (sekarang SMA Negeri 1, SMA Negeri 3, dan SMA Negeri 4 Malang). Setahun kemudian, tepatnya sejak tanggal 20 Juni 1955, PTPG memiliki gedung sendiri bekas Hotel Splendid yang terletak di Jalan Tumapel 1, Malang.
Pada tanggal 10 November 1954, didirikan suatu universitas baru di Jawa Timur, yaitu Universitas Airlangga (Unair) yang terletak di Surabaya. Sebagai konsekuensinya, berdasarkan PP No. 71/1958, PTPG secara formal berubah status menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unair. Pada tahun 1958, atas jasa Wali Kota Malang saat itu, Sarjono, lembaga ini mendapatkan sebidang tanah untuk membangun kompleks kampus yang terletak di Jalan Semarang 5, Malang.
Awalnya, lembaga ini memerlukan bantuan dari luar negeri untuk melengkapi sarana dan prasarana pendidikan. Bantuan tersebut antara lain datang dari Ford Foundation yang memberikan sumbangan berupa beasiswa pengiriman dosen ke luar negeri, fasilitas laboratorium, dan buku untuk perpustakaan. Selain itu, pemerintah Jepang juga ikut menyumbang melalui Colombo Plan. Sie Twam Tjing (Samsi), pemilik pabrik rokok Bentoel, juga memberikan bantuan berupa kafetaria modern pada waktu itu.
Pada tanggal 3 Januari 1963, terbit Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 35/1964 yang menetapkan bahwa IKIP Malang memiliki cabang di:
Surabaya, berasal dari cabang FKIP Universitas Airlangga;
Madiun, berasal dari Cabang FKIP Universitas Airlangga;
Singaraja, berasal dari FKIP Universitas Udayana;
Kupang dan Ende, berasal dari FKIP Universitas Nusa Cendana.
Pada tanggal 20 Mei 1964, bertempat di Gedung SKMAN Malang, dilangsungkan upacara peresmian IKIP Malang yang menandai berpisahnya lembaga tersebut dari Universitas Airlangga. Dari hasil reorganisasi, IKIP Malang memiliki empat fakultas, yaitu:
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP),
Fakultas Keguruan Sastra dan Seni (FKSS),
Fakultas Keguruan Ilmu Sosial (FKIS), dan
Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta (FKIE).
Adapun, Fakultas Keguruan Teknik (FKT) lahir setelah satu tahun reorganisasi. Selanjutnya, nama dan istilah fakultas yang ada disesuaikan secara nasional pada tahun 1982. FIP tidak mengalami perubahan, sedangkan FKSS menjadi Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), FKIS menjadi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), FKIE menjadi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA), serta FKT menjadi Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK).
Pada tanggal 23 Maret 1968, beberapa fakultas cabang IKIP Malang diserahterimakan kepada induknya yang baru. IKIP Malang Cabang Jember diserahkan kepada Universitas Jember, cabang Singaraja kepada Universitas Udayana, serta cabang Kupang dan Ende kepada Universitas Nusa Cendana. Adapun, IKIP Malang Cabang Surabaya berdiri sendiri menjadi IKIP Surabaya.
Berdasarkan SK Presiden RI No. 93/1999, IKIP Malang diubah menjadi Universitas Negeri Malang (UM) dan berdasarkan SK Dirjen Dikti No. 143/DIKTI/Kep/2000, UM mempunyai lima fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Sastra (FS), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ekonomi (FE), serta Fakultas Teknik (FT) ditambah satu Program Pascasarjana (PPs).
Dari segi akademis, PTPG memulai penyelenggaraan pendidikan dari jenjang bakaloreat (sarjana muda) dengan masa studi selama tiga tahun. Kemudian, pada tahun 1959, mulai dibuka jenjang lanjutan, yaitu doktoral atau acarya (sarjana) dengan masa studi selama dua tahun. Setelah beberapa tahun melewati tahap konsolidasi, akhirnya pada tahun 1968, program post sarjana (pascasarjana) dibuka dengan Jurusan Kependidikan sebagai jurusan pertama. Selanjutnya, pada tahun 1982, program ini disempurnakan menjadi Fakultas Pascasarjana yang terdiri atas Program Magister (S2) dan Program Doktor (S3). Nama Fakultas Pascasarjana diubah menjadi Program Pascasarjana (PPs) pada tahun 1990.
Pada tahun 1992, program D2 PGSD diubah statusnya menjadi program studi baru di bawah naungan FIP, yaitu program D2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pada tahun 1993, didirikan dua program studi baru, yaitu Program Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Dasar di FPBS dan Program Sarjana Pendidikan Matematika Sekolah Dasar di FPMIPA.
Pada tahun 1994, didirikan enam program studi baru, yaitu D1 Pendidikan Teknik Listrik, D1 Pendidikan Teknik Otomotif, D3 Pendidikan Keterampilan Kelistrikan, D3 Pendidikan Keterampilan Otomotif, D3 Pendidikan Keterampilan Pengerjaan Logam, dan D3 Pendidikan Keterampilan Bangunan di FPTK. Pada semester genap tahun ajaran 1994-1995, PPs membuka dua program studi baru, yaitu Program Magister Pendidikan Matematika dan Program Magister Pendidikan Kimia.
Pada tahun ajaran 1998-1999, IKIP Malang yang telah berubah status menjadi universitas menerima mahasiswa baru untuk empat belas program studi baru non-kependidikan yang terdiri atas tujuh program sarjana (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, serta Desain Komunikasi Visual) dan tujuh program D3 (Bahasa Inggris untuk Dunia Usaha, Teknik Mesin, Teknik Sipil dan Bangunan, Teknik Elektronika, Teknik Elektro, Tata Boga, serta Tata Busana).
Pada tahun ajaran 1999-2000, UM membuka enam program studi baru yang terdiri atas empat program studi non-kependidikan (S1 Ilmu Keolahragaan, S1 Manajemen, D3 Manajemen Pemasaran, dan D3 Akuntansi) dan dua program studi kependidikan (S1 Pendidikan Bahasa Jerman dan S1 Pendidikan Seni Tari).
Pada tahun ajaran 2000-2001, UM kembali membuka satu program studi baru non-kependidikan, yaitu S1 Psikologi. Selanjutnya, pada tahun ajaran 2004-2005, dibuka program studi non-kependidikan, yaitu Ilmu Sejarah, dan satu program studi kependidikan, yaitu S1 PGSD. Pada tahun ajaran 2005-2006, dibuka dua program studi non-kependidikan (S1 Akuntansi serta Ekonomi dan Studi Pembangunan) dan pada tahun ajaran 2006-2007, dibuka dua program studi kependidikan (S1 Pendidikan Teknik Otomotif dan S2 Pendidikan Kejuruan). Pada tahun ajaran 2007-2008, UM membuka tiga program studi kependidikan (S1 Pendidikan Teknik Informatika, S1 Pendidikan Tata Boga, dan S1 Pendidikan Tata Busana) dan pada tahun ajaran 2008-2009 membuka tiga program studi, yaitu S1 PGPAUD, D3 Game Animasi, dan S1 Pendidikan Teknik Elektro serta mendirikan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK). Terakhir, pada tahun 2009-2010, UM mendirikan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) serta membuka program studi S1 Pendidikan Luar Biasa dan D3 Perpustakaan.
UM adalah termasuk 50 universitas unggulan DIKTI. Pada tahun 2010, UM berhasil meraih peringkat 6 universitas terbaik di Indonesia versi Webometric dan peringkat tersebut turun menjadi peringkat 16 pada tahun 2015. UM mendapatkan akreditasi universitas A pada tahun 2015 dengan nilai 372. Nilai ini hanya sedikit di bawah UGM (378) dan IPB (375)
Sejak 1954, UM telah beberapa kali mengalami pergantian kepemimpinan. Berikut ini adalah daftar nama rektor yang pernah menjabat di UM.
Prof. Sutan Adam Bachtiar (1954–1958)
Prof. Kuntjoro Purbopranoto, S.H. (1958–1963)
Prof. Dr. D. Dwidjo Seputro, M.Sc. (1963–1966)
Prof. Dr. Eri Soedewo (Juli–September 1966)
Prof. H. Darji Darmodihardjo, S.H. (September 1966–1970)
Prof. Dr. H. Samsuri (1970–1974)
Prof. Drs. H. Rosjidan, M.A. (1974–1978)
Prof. Drs. H. M.A. Icksan (1978–1982) dan (1982–1986)
H. Mas Hadi Soeparto, M.Sc. (1986–1990 dan 1990–1995)
Prof. Dr. H. Nuril Huda, M.A. (1995–1999 dan 1999–16 Juli 2001)
Prof. Drs. H.M. Saleh Marzuki, M.Ed. (23 Juli 2001–6 April 2002)
Prof. Dr. H. Imam Syafi'ie (6 April 2002–8 November 2006)
Prof. Dr. H. Suparno (9 November 2006–27 November 2014)
Prof. Dr. H. Ah. Rofiuddin, M.Pd. (sejak 28 November 2014)
27 Juni 2015
Sekilas Tentang Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebuah universitas negeri yang terletak di Kota Medan, Indonesia. Universitas Sumatera Utara adalah salah satu universitas terbaik di pulau Sumatera. USU juga adalah universitas pertama di pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteran.
USU didirikan sebagai Yayasan Universitet Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Fakultas pertama adalah Fakultas Kedokteran yang didirikan pada 20 Agustus 1952, yang kini diperingati sebagai hari jadi USU. Presiden Indonesia, Soekarno kemudian meresmikan USU sebagai universitas negeri ketujuh di Indonesia pada tanggal 20 November 1957.
Sejarah Universitas Sumatera Utara dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitet Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keingian masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.
Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang diketuai langsung oleh Gubernur Sumatera Utara, dengan susunan sebagai berikut;
Abdul Hakim (Ketua);
Dr. T. Mansoer (Wakil Ketua);
Dr. Soemarsono (Sekretaris/Bendahara):
Anggota :
Ir. R. S. Danunagoro. Drh. Sahar,
Drg. Oh Tjie Lien,
Anwar Abubakar, Madong Lubis,
Dr. Maas. J. Pohon,
Drg. Barlan, dan
Soetan Pane Paruhum .
Sebenarnya hasrat untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan telah mulai sejak sebelum Perang Dunia II, tetapi tidak disetujui oleh pemerintah Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash tahun 1947. Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.
Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro, dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Selain Dewan Pimpinan Yayasan, Organisasi USU pada awal berdirinya terdiri dari: Dewan Kurator, Presiden Universitas, Majelis Presiden dan Asesor, Senat Universitas, dan Dewan Fakultet.
Sebagai hasil kerja sama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran dijalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita.
Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan (1956), dan Fakultas Pertanian (1956).
Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia. Tanggal peresmian ini kemudian ditetapkan sebagai Dies Natalis USU yang diperingati setiap tahun hingga tahun 2001.
Kemudian atas usul beberapa anggota Senat Universitas, hari jadi USU ditinjau kembali. Senat Universitas akhirnya memutuskan bahwa hari jadi USU adalah pada tanggal 20 Agustus 1952 yaitu pada saat perkuliahan pertama dimulai di lingkungan USU. Dengan persetujuan Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2002 di peringati Dies Natalis USU yang ke 50.
Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I. Kemudian di kota yang sama didirikan Fakultas Kedokteran dan Peternakan(I960). Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima fakultas di Medan dan dua fakultas di Banda Aceh. Dalam perjalanan usianya yang kini mencapai lima puluh tahun, melalui berbagai program pengembangan yang dilaksanakan, banyak kemajuan yang telah dicapai, yang menjadikan USU berkembang hingga seperti keadaan sekarang.
Saat ini, USU mengelola lebih dari seratus program Studi yang terdiri dari berbagai jenjang pendidikan tinggi, yang tercakup dalam sepuluh fakultas dan satu program pascasarjana. Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh (dari Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan), IKIP Negeri Medan yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (dari Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan), Politeknik Negeri Medan (dari Politeknik USU).
Sekilas Tentang Universitas Gadjah Mada
Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah universitas pertama yang didirikan oleh pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia. Pembangunan UGM pada awalnya lahir dari harapan para pemimpin bangsa akan masyarakat yang cerdas, mandiri, dan unggul. Bangsa yang bermartabat.
Pada awalnya Universitas Gadjah Mada bernama Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada (swasta). Sekolah yang ada tersebar di sekolah dan perguruan tinggi yang berada di Yogyakarta dan sekitarnya (Klaten dan Solo). Selanjutnya nama Balai Perguruan Tinggi diubah menjadi Universiteit Gadjah Mada dan merupakan gabungan dari sekolah sekolah tinggi yang ada di Yogyakarta dan sekolah-sekolah di kota tinggi lain.
Saat Universitas Gadjah Mad pertama berdiri kondisinya masih sangat sederhana. Lokasi pengajaran berada di lingkungan keraton jogja, kelengkapan kelas seperti meja dan kursi juga merupakan pinjaman dari pihak keraton. Ruang perkuliahan dan praktikum pun dilaksanakan dengan tempatyang sederhana yaitu di kandang kuda, kamar abdi dalem, kamar kereta, kamar penjaga dan pendopo keraton Yogyakarta.
Sekarang Universitas Gadjah Mada sudah sangat berkembang, terletak di kawasan tanah keraton (sultan ground) Bulaksumur dan sekitarnya. Saat ini ada 18 fakultas, 14 studi program pascasarjana, serta sekolah vokasi dengan total 24 program studi.
Untuk program S1 ada 18 fakultas yang terdiri dari:
1. Fakultas Biologi (http://www.biologi.ugm.ac.id/ )
2. Fakultas Ekonomika & Bisnis (http://feb.ugm.ac.id/ )
3. Fakultas Farmasi (http://farmasi.ugm.ac.id/home )
4. Fakultas Filsafah (http://www.filsafat.ugm.ac.id/ )
5. Fakultas Geografi (http://geo.ugm.ac.id/ )
6. Fakultas Hukum (http://law.ugm.ac.id/ )
7. Fakultas Ilmu Budaya (http://fib.ugm.ac.id/ )
8. Fakultas Isipol (http://fisipol.ugm.ac.id/dev/ )
9. Fakultas Kedokteran (http://fk.ugm.ac.id/ )
10. Fakultas Kedokteran Gigi ( http://www.fkg.ugm.ac.id/ )
11. Fakultas Kedokteran Hewan (http://fkh.ugm.ac.id/site/ )
12. Fakultas Kehutanan (http://www.fkt.ugm.ac.id/ )
13. Fakultas MIPA (http://mipa.ugm.ac.id/web/ )
14. Fakultas Pertanian (http://faperta.ugm.ac.id/ )
15. Fakultas Peternakan (http://fapet.ugm.ac.id/home/ )
16. Fakultas Psikologi (http://psikologi.ugm.ac.id/home )
17. Fakultas Teknik (http://www.fakultas-teknik.ugm.ac.id/ )
18. Fakultas Teknologi Pertanian (http://www.tp.ugm.ac.id/website )
Dengan lebih dari 51.000 mahasiswa dengan sekitar 900 mahasiswa internasional dari 51 negara. Ada lebih dari 3000 dosen dan 2400 karyawan di UGM.
UGM bertekat untuk menjadi Universitas Riset kelas dunia yang unggul, mandiri, bermartabat dengan dijiwai Pancasila mengabdi pada kepentingan dan kemakmuran bangsa.
Rektor UGM adalah Pimpinan Eksekutif tertinggi Universitas Gadjah Mada yang dipilih oleh Senat Universitas dalam suatu sidang Senat beranggotakan para Guru Besar dan wakil-wakil Fakultas di lingkungan UGM. Calon-calon yang ada ditetapkan dan dipilih berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dan disetujui oleh Majelis Wali Amanat yang merupakan lembaga legislatif UGM setelah UGM resmi menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN)).
Sejak berdiri 19 Desember 1949, UGM telah mempunyai 15 orang Rektor. Pimpinan Universitas pertama Prof. Dr. M. Sardjito (1949-1961) yang berasal dari Fakultas Kedokteran UGM belum menyandang sebutan Rektor, melainkan Presiden Universiteit. Rektor yang menjabat saat ini adalah Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. dari Fakultas Teknik yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni. Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. menggantikan Prof. Pratikno yang terpilih menjadi Menteri Sekretaris Negara di Kabinet Kerja Pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Aktifitas Mahasiswa UGM di Lingkungan sekolah?
Mahasiswa UGM dapat belajar dengan nyaman di lingkungan sekolah karena sekolah terlihat bersih dan rapih. Selain itu juga sekolah menyediakan sarana prasarana yang dapat menunjang kegiatan mahasiswa untuk belajar di lingkungan dalam sekolah. Mendapatkan teman baru yang banyak juga pastinya akan kita dapatkan bila sekolah di UGM ini, karena mengingat banyaknya mahasiswa yang berbondong-bondong untuk bersekolah disini.
Sekilas Tentang Universitas Airlangga
Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, juga menyimpan sejarah panjang dalam perjalanan pendidikan tinggi di Indonesia. Unair begitu kental dan berarti. Bukan saja dalam catatan sejarah pendidikan, juga peranannya dalam pergerakan dan sejarah kemerdekaan Indonesia. Sejarah Universitas Airlangga berawal dari cikal-bakal lembaga pendidikan Nederlands Indische Artsen School (NIAS) dan School Tot Opleiding van Indische Tandartsen (STOVIT). Masing-masing didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1913 dan 1928. Setelah di masa pergolakan kemerdekaan sempat terganggu kelancarannya, pada tahun 1948 pemerintah pendudukan Belanda mendirikan Tandheelkunding Institut yang merupakan cabang Universiteit Van Indonesie Jakarta, dan membuka kembali NIAS yang kemudian diberi nama Fakulteit der Geneeskunde, yang juga sebagai cabang Universiteit Van Indonesie, Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia baru secara resmi membuka Universitas Airlangga, Surabaya, yang merupakan lembaga pendidikan tinggi pertama di kawasan timur Indonesia. Universitas Airlangga diresmikan oleh Presiden RI pertama, Ir. Soekarno tanggal 10 November 1954, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan yang ke-9. Universitas Airlangga didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.57 tahun 1954. Universitas Airlangga dipersembahkan untuk Kota Surabaya untuk menunjukkan apresiasi atas pengorbanan yang dilakukan Arek-arek Suroboyo yang dengan gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.Dengan didahului membuka selubung arca Wisnu berwarna kuning emas dan biru, Presiden Soekarno meresmikan Universitas Airlangga. Untuk mengabadikan arca tersebut, atas saran Prof HRM Soejoenoes, warna selubung ditetapkan sebagai warna bendera Universitas Airlangga. Kuning berarti agung, dan biru tanda ksatria dan jiwa yang mendalam.
Nama Airlangga dipilih oleh para pendiri Universitas Airlangga sebagai suatu perwujudan penghormatan terhadap seorang Raja yang sekaligus sebagai Pahlawan Bangsa Indonesia di masa lampau dalam abad IX yang bernama Prabu Airlangga, yang memerintah kerajaan di Jawa Timur hingga wilayahnya mencapai Indonesia Timur. Airlangga yang berarti “Peminum Air” adalah nama dari seorang raja yang memerintah di Jawa Timur di masa 1019-1042. Kemungkinan besar Airlangga lahir di Bali, karena ketika ia lahir tahun 1001, orang tuanya memerintah di luar Bali, sebagai utusan dan menjadi Raja Jawa. Ibunya Sri Gunaprijadharmapatmi, atau Mahendradatta, dan ayahnya Sri Dharmodayanawarmadewa, yang biasa dipanggil Udayana. Mahendradatta adalah keturunan Empu Sendok yang sangat ternama, la juga masih saudara dari Raja Makuttawangsawardana di Jawa, yang kemungkinan besar juga memerintah sebagai utusan di luar Bali, sebagai perwakilan ayahnya dan dibantu suaminya, Udayana.
Sekitar tahun 1000, Raja Jawa Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikramattunggadewa, dijadikan suami dari saudara perempuan Mahendradatta. Di tahun 1016 Pangeran Airlangga, yang masih 16 tahun diangkat menjadi menantu Dharmawangsa. Di tahun yang sama, sebuah bencana menimpa Jawa Timur. Pertama, sebuah serangan besar yang dilakukan oleh Sriwjaya di bawah pimpinan Haji Wurawari. Setelah itu terjadi pemberontakan dari dalam pecah. Raja Dharmawangsa tewas, ibukota direbut musuh, dan kerajaan terpecah. Pangeran Airlangga yang disertai pengikut setia, melarikan diri ke hutan. Dan di sanalah ia mulai melakukan meditasi kehidupan, dan mempersiapkan diri untuk tugas berikutnya.
Di tahun 1019 Airlangga dinobatkan sebagai raja oleh para pengikutnya, dan memerintah hingga 1042. Nama lengkapnya sebagai raja adalah Rakar Galu Sri Lakeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramattunggadewa. Dalam kurun periode lebih dari 20 tahun, Airlangga sukses memperkuat posisinya dan meraih kembali kedudukannya sebagai raja. Bahkan wilayah kekuasaannya menjadi lebih luas. Selain seluruh Jawa Timur, juga sebagian dari Kepulauan Sumba (Nusa Tenggara). Dan akhirnya di Indonesia tumbuh menjadi dua kerajaan besar; di timur Kerajaan Airlangga, dan di barat Kerajaan Sriwijaya, dengan pusat pemerintahan di Palembang. Sejak Airlangga menjadi raja, muncul kebijakan untuk memperbaiki hubungan dengan Sriwijaya. Dan hasilnya, ia menikahi saudara perempuan raja Sriwjaya tahun 1023.
Dengan kerja keras Airlangga berusaha mengembangkan kehidupan damai dalam bermasyarakat dan bernegara, la mencoba menyelaraskan dua kerajaan dan kekuatan besar, yang diyakini sebagai usaha awal untuk membangun jalan kesatuan Indonesia. Selama memerintah Airlangga mengerahkan seluruh energi untuk mengembangkan kemakmuran bagi rakyatnya, la mulai mengembangkan irigasi, komunikasi, dan perdagangan, la juga menaruh perhatian yang tinggi pada bidang pendidikan dan kehidupan spiritual. Dengan kehidupan spiritualnya yang tinggi, ia kemudian juga dinobatkan sebagai pemuka agama dengan nama Resi Gentaya.
Setelah wafat tahun 1042, ia diabadikan dalam bentuk patung yang menunjukkan Airlangga sebagai Batara Wishnu sedang mengendarai Garuda dan membawa guci. Airlangga diyakini telah dipilih Tuhan untuk menghalau malapetaka, mengembangkan kemakmuran dan kebahagiaan, serta menyempurnakan Hukum Suci, sebagai pilar kehidupan bermasyarakat. Pendek kata, Airlangga memegang tugas kunci untuk membangan negara yang berbasis keadilan. Di awal kelahiran Universitas Airlangga, rektor pertama Prof Mr AG Pringgodigdo menemukan meterai atau segel Prabu Airlangga di Gedung Arca, Museum Nasional, Jakarta. Meterai kerajaan tersebut menggambarkan burung garuda tunggangan wisnu yang membawa guci berisikan air amrta. Konon, air tersebut dapat menghidupkan orang yang telah meninggal dan bersifat abadi. Tungganggan Wisnu itulah yang disebut Garuda Muka, dipakai sebagai lambang Universitas Airlangga sebagai sumber ilmu abadi.
Pada saat didirikan Universitas Airlangga tampil dengan lima fakultas, yaitu:
Fakultas Kedokteran, yang semula cabang dari Universitas Indonesia.
Fakultas Kedokteran Gigi, yang semula cabang dari Universitas Indonesia.
Fakultas Hukum, yang semula cabang dari Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik Universi tas Gajah Mada
Fakultas Sastra yang berkedudukan di Denpasar Bali, yang pada tahun 1962 memisahkan diri dari Universitas Airlangga.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan berkedudukan di Malang, yang pada tahun 1963 memisahkan diri dari Universitas Airlangga.
Dalam perjalanan sejarah kelembagaan Universitas Airlangga lahirlah berturut-turut Fakultas-Fakultas yang lain:
Fakultas Ekonomi, berdiri tahun 1961.
Fakultas Farmasi, berdiri tahun 1965.
Fakultas Kedokteran Hewan, berdiri tahun 1972.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, berdiri tahun 1977
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, berdiri tahun 1982.
Fakultas Pasca Sarjana, berdiri tahun 1982 berubah nama menjadi program Pasca Sarjana
Fakultas Non Gelar Kesehatan, lembaga ini telah ditiadakan dan kemudian diintegrasikan kedalam Fakultas Kedokteran.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, berdiri tahun 1993.
Fakultas Psikologi, berdiri tahun 1993.
Fakultas Sastra, berdiri tahun 1999 yang sebelumnya merupakan salah satu program studi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Tanpa terasa, kini Universitas Airlangga telah memasuki gerbang 50 tahun, sebuah tahun emas yang menyiratkan sejuta makna. Bukan saja bagi rektorat, tetapi juga seluruh civitas akademika, alumni, dan siapa saja yang punya ikatan hati dengan kampus ini. Upacara perayaan 50 Tahun Unair dibuka Sabtu (10/ ^2004) dengan suasana meriah dan kesan yang lain. Keluarga besar Unair melakukan pawai kota dengan iringan dokar hias dari kampus B – kampus A – kampus C. Beberapa mahasiswa, dosen, dan karyawan Unair tampak bersemangat mengikuti acara pembukaan Dies Natalis yang berlangsung sejak pukul 0700 itu. Acara yang dibuka secara langsung oleh Rektor, Prof. Dr. Med. Puruhito, dr, tersebut dihadiri juga oleh Ketua Dewan Penyantun Unair, H. M. Noer, mantan Rektor, Prof. H.R. Soedarso Djojonegoro, dr, Sekdaprov Jatim Soekarwo, para Pembantu Rektor, para Dekan dan Pembantu Dekan, serta beberapa undangan lain.
Sekitar pukul 0730 WIB, rombongan pawai dokar hias mulai diberangkatkan dari halaman Rektorat lama di kampus B, Jl Airlangga Surabaya. Sebagai pembuka, tampak sosok Prabu Airlangga yang dikawal oleh beberapa punggawa menaiki kuda dengan membawa panji-panji Universitas Airlangga. Di belakangnya, berbaris rombongan dokar yang dinaiki oleh Rektor, Pembantu Rektor, para Dekan, serta beberapa pejabat Unair. Kesemuanya berjumlah 20 dokar yang telah dihias sedemikian rupa. Keluar dari pintu gedung Rektorat lama, diiringi satuan Patwal, pawai mulai bergerak menuju gedung Karunair di Kampus C. Secara berurutan pawai dokar hias 50 tahun Unair tersebut melewati jalan-jalan di depan RSU Dr. Soetomo, menelusuri kampus A Unair, Jl Dharmahusada, membelah perumahan Galaxi, dan kemudian berhenti di kampus C, Mulyorejo Surabaya. Tiba di depan gerbang sebelah Selatan, pawai dokar langsung disambut kelompok hadrah hingga menuju halaman gedung Karunair.
Setelah tiba, Rektor berkenan memberi sambutan perihal opening ceremony peringatan 50 tahun Universitas Airlangga. Sejak didirikan 10 November 1954, salah satu universitas tertua di Indonesia ini mengalami perjalanan yang berliku. Status dari NIAS ke Unair tidaklah mudah, dan sempat ditutup oleh Jepang yang menduduki Indonesia kala itu. “Semoga peringatan 50 tahun yang dibuka hari ini, mampu membawa Unair ke arah lebih maju, lebih baik, dan lebih sejahtera;’ tutur Rektor. Semua seremoni tersebut juga didokumentasikan di dalam Tabloid Warta Unair edisi Dies Natalis yang kembali terbit dengan Pimpinan Redaksi dr Agus Harianto SpA(K). Acara dilanjutkan dengan pemukulan gong pertama. Berikutnya, giliran para Dekan yang berkesempatan memukul gong yang berukuran lebih kecil. Kemudian, Rektor berjalan ke arah depan Karunair untuk melepas 500 balon ke udara, menandai peringatan tahun emas Unair kali ini.
Acara pagi hari itu dilanjutkan di dalam gedung, dengan penyerahan sampul buku 50 tahun Universitas Airlangga berjudul Melangkah di Tahun Emas. Yang tak kalah meriah adalah pelelangan prangko 50 tahun Unair. Memang pada kesempatan tersebut Unair juga menerbitkan prangko 50 tahun Unair. “Ini merupakan yang pertama di Indonesia Timur” ujar Drs. Ec. Mashariono. Sebelum dilelang, prangko terbit hari pertama yang didesain oleh dr Agus Harianto SpA(K) dan Prof Doddy M Soebadi MD PhD, tersebut dibubuhi tanda tangan emas dari Rektor Unair bersama Kakanwil Wilayah VII PT. Pos Indonesia Soebandi MBA. Di awal pelelangan pemandu mematok angka Rp 50 juta untuk penjualan sampul prangko ini. Akhirnya, tak sampai 15 menit pelelangan ditutup, karena memang sudah berhasil menyentuh target Rp 50 juta dan dimenangkan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat dan diterima langsung oleh Dekannya Prof Dr H Tjipto Suwandi dr MOH.
Unair kini sedang terus menggeliat, menatap hari esok yang lebih baik. Unair telah menancapkan sebuah tonggak besar dalam sejarah pendidikan dan sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Dengan penuh citra, Unair berdiri tegak di sudut hati bangsa Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)