27 Juni 2015

Sekilas Tentang Universitas Indonesia

Universitas Indonesia (UI) merupakan universitas tertua di Indonesia. Berawal dari Sekolah Dokter Jawa di tahun 1849, UI menjadi salah satu universitas terbaik di Indonesia. Alumni UI telah melalang buana dalam membangun negeri ini bahkan turut serta dalam membangun peradaban dunia. UI telah mampu men-trigger berdirinya universitas-universitas lain seperti Institut Pertanian Bogor (Dulu Fakultas Pertanian dan Kedokteran Hewan UI), Institut Teknologi Bandung (Dulu Fakultas Teknik, MIPA, dan Seni Rupa UI), Universitas Negeri Jakarta (Dulu Fakultas Pendidikan UI), Universitas Pendidikan Indonesia (Dulu Program Studi Pendidikan Olahraga UI), Universitas Airlangga (Dulu Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi Cabang Surabaya UI), dan Universitas Hasanuddin (Dulu Fakultas Ekonomi UI). UI menjelma sebagai salah satu pilar kebangkitan dalam membangun peradaban bangsa Indonesia dalam bidang kesehatan, sosial, budaya, ilmu pengetahuan alam, teknologi, dan informasi. Alumni UI telah tersebar dalam berbagai bidang kemasyarakatan, pemerintahan, perusahaan, maupun dalam ranah kewirasuhaan. UI mempunyai dua kampus, yaitu di Salemba dan di Depok. Sejarah UI Sejarah Universitas Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 1849. Ketika itu, pemerintah kolonial Belanda mendirikan sebuah sekolah yang bertujuan untuk menghasilkan asisten dokter tambahan. Pelajar di sekolah itu mendapatkan pelatihan kedokteran selama dua tahun. Lulusannya diberikan sertifikat untuk melakukan perawatan-perawatan tingkat dasar serta mendapatkan gelar Dokter Jawa (Javanese Doctor), bergelar demikian karena dokter ini hanya diberi izin untuk membuka praktek di wilayah Hindia Belanda, terutama di pulau Jawa. Pada tahun 1864, program pendidikan tersebut ditambah waktunya menjadi tiga tahun, dan pada tahun 1875 menjadi 7 tahun. Gelar yang diberikan pun berubah menjadi Dokter Medis (Medical Doctor). Pada tahun 1898, pemerintah kolonial mendirikan sekolah baru untuk melatih tenaga medis, yaitu STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen). Pendidikan di STOVIA berlangsung selama 9 tahun: 3 tahun setingkat SMP, tiga tahun setingkat SMA, dan tiga tahun lainnya setingkat Diploma. Banyak lulusan STOVIA yang kemudian memainkan peranan penting dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1924 pemerintah kolonial mendirikan RHS (Rechtshoogeschool te Batavia – Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta) yang bertujuan untuk memenuhi tenaga administrasi sipil rendahan. RHS inilah yang menjadi cikal-bakal Fakultas Hukum UI. Pada tahun 1927 mengubah status dan nama STOVIA menjadi GHS (Geneeskundige Hogeschool). Gedung pendidikan dan pelatihan kedokteran yang digunakan GHS menjadi gedung Fakultas Kedokteran UI saat ini. Banyak alumni GHS yang kemudian berperan besar dalam pendirian Universitas Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia dideklarasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Badan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (BPTRI) didirikan di Jakarta. BPTRI memiliki tiga fakultas, yaitu Kedokteran dan Farmasi, Sastra, dan Hukum. Pada tahun yang sama, institusi ini berhasil meluluskan 90 orang sebagai dokter. Ketika tentara kolonial Belanda kembali menguasai Jakarta pada akhir tahun 1945, BPTRI dipindahkan ke Klaten, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Malang. Pada tanggal 21 Juni 1946 NICA mendirikan sebuah Nood Universiteit atau Universitas Sementara di Jakarta. Pada tanggal 21 Maret 1947, nama Nood Universiteit diganti menjadi Universiteit van Indonesie (UVI). Akhirnya, setelah Jakarta berhasil diambil alih kembali, pemerintah mengembalikan BPTRI ke Jakarta dan menggabungkannya dengan Universiteit van Indonesie, dan memberinya nama baru Universiteit Indonesia (UI). UI secara resmi memulai kegiatannya pada 2 Februari 1950 dengan presiden (saat ini disebut rektor) pertamanya Ir. R.M. Pandji Soerachman Tjokroadisoerio. Kantor Presiden Universiteit Indonesia mula-mula berkedudukan di Jakarta, tepatnya di gedung Fakultas Kedokteran di Jl Salemba Raya no. 6, kemudian dipindahkan ke salah satu bangunan bekas pabrik madat di Jl. Samlemba Raya no. 4, Jakarta. Tanggal 2 Februari 1950 kemudian dijadikan hari kelahiran Universitas Indonesia. Awalnya, UI memiliki 9 fakultas dan 3 lembaga yang tersebar di lima kota, yaitu Fakulteit Kedokteran, Fakulteit Ilmu Hukum dan Ilmu Pengetahuan Masyarakat, serta Fakulteit Sastra dan Filsafat di Jakarta; Fakulteit Ilmu Alam dan Ilmu Pasti, Fakulteit Ilmu Pengetahuan Teknik, dan Lembaga Pendidikan Guru Menggambar di Bandung; Fakulteit Pertanian dan Fakulteit Kedokteran Hewan di Bogor; Fakulteit Ekonomi di Makassar; Fakulteit Kedokteran dan Lembaga Kedokteran Gigi di Surabaya. Pada tahun 1955, Undang-Undang No. 10 tentang pengubahan kata universiteit, universitet, dan universitit disyahkan, sehingga sejak itu, Universiteit Indonesia secara resmi diubah namanya menjadi Universitas Indonesia. Berangsur-angsur fakultas-fakultas yang berada di daerah memisahkan diri membentuk lembaga pendidikan yang berdiri sendiri. Pada tanggal 2 Maret 1959 Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam di Bandung memisahkan diri menjadi Institut Teknologi Bandung. Selanjutnya pada 1 September 1963 Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan UI memisahkan diri pula menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB) yang kini menjadi perguruan tinggi pertanian terkemuka bertaraf internasional. Fakultas di Surabaya menjadi Universitas Airlangga dan di Makassarmenjadi Universitas Hasanuddin. Pada 1964 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta dan kini berubah kembali menjadi Universitas Negeri Jakarta. Ketika Orde Baru dimulai pada tahun 1966, pemerintah menunjuk beberapa guru besar UI untuk menduduki jabatan menteri dengan tujuan untuk memulihkan kembali situasi ekonomi nasional. Sejak saat itu, UI secara konstan telah memberikan kontribusi nyata pada usaha-usaha pemerintah untuk meraih kemakmuran nasional. Pada tanggal 26 Desember 2000 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 152 tahun 2000, UI ditetapkan sebagai perguruan tinggi berstatus badan hukum milik negara (BHMN). Dalam status tersebut, UI wajib lebih mengedepankan kinerja pengelolaan sebuah universitas publik dengan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, akuntabilitas, dan transparansi. Status sebagai BHMN tersebut direncanakan akan berakhir paling lambat pada tahun 2013, dan saat ini UI sedang dalam masa transisi pengembalian status menjadi perguruan tinggi negeri. (Diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Indonesia tanggal 16 November 2013) Akademis UI mempunyai 13 Fakultas, 1 Program Vokasi, dan 1 Program Pasca Sarjana Multidisiplin. Fakultas-fakultas tersebut adalah: Fakultas Kedokteran (FK) Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Fakultas Teknik (FT) Fakultas Hukum (FH) Fakultas Ekonomi (FE) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Fakultas Psikologi (FPsi) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Fakultas Ilmu Komputer (FASILKOM) Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Fakultas Farmasi (FF) Program Vokasi Program Pasca Sarjana Multidisiplin Fakultas dan program di UI telah mengacu pada standar nasional pemerintah dan telah diakreditasi oleh BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi). Selain itu, beberapa Departemen dan Program Studi di UI telah mendapatkan sertifikasi ISO (Internasional Standar Organization) dan AUN (ASEAN University Network). Hal ini menunjukkan bahwa UI telah melangkah untuk menjadi universitas terbaik di Indonesia dan melebarkan sayap menjadi World Class University. Fasilitas UI sebagai universitas unggul mempunyai fasilitas yang representatif dan mendukung kegiatan mahasiswa, staf pengajar, dan karyawan. Fasilitas tersebut antara lain adalah: Ruang Kuliah yang representatif, full AC, LCD Proyektor, Speaker, OHP, dan Kedap Suara Luar. Kebanyakan Fakultas di UI menerapkan sistem gedung kuliah bersama. Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa). Biasanya digunakan untuk kegiatan BEM, DPM, dan Unit Kegiatan Mahasiswa UI. Pusat Kesehatan Mahasiswa (PKM). Diperuntukkan untuk kesehatan mahasiswa UI secara gratis. Kompleks Wisma Makara. Terdapat penginapan (sekelas hotel bintang 3), kolam renang, ruang pertemuan, dan aula . Bis Kuning (Bikun). Bis yang berkeliling kampus UI. Senin-Jumat (07.00-21.00) dan Sabtu (07.00-14.00). GRATIS. Sepeda Kuning (Spekun). Sepeda yang dapat digunakan mengelilingi Kampus UI dengan hanya menunjukkan kartu tanda mahasiswa UI. Perpustakaan Pusat UI. Perpustakaan dengan koleksi 1 juta judul buku dan merupakan perpustakaan terbesar di Asia Tenggara. Selain itu ada fasilitas dan sarana olahraga yang dimiliki oleh UI antara lain: Stadion Lapangan sepak bola & futsal Lompat jangkit Atletik Indoor (gymnasium) Lapangan bulu tangkis Lapangan bola voli Lapangan bola basket Outdoor Lapangan hoki Lapangan tenis (4 line) Lapangan basket (3 line) Lapangan voli (3 line) Lapangan bulutangkis (1 line) Peringkat UI UI secara konsisten masuk dalam daftar universitas papan atas di dunia. Data terbaru, UI menduduki peringkat ke-217 dalam Peringkat Universitas Dunia QS 2011. Sebelumnya, UI menduduki peringkat ke-250 (2005 dan 2006), ke-395 (2007), ke-287 (2008), ke-201 (2009), dan ke-236 (2010). UI juga menduduki peringkat ke-50 dalam Peringkat Universitas Asia QS 2011. Pada tahun 2013 ini UI menempati peringkat 309 untuk Peringkat Universitas Dunia QS dan menempati peringkat 64 dalam Peringkat Universitas Asia QS. Meskipun turun, UI masih berada di peringkat 1 apabila dalam wilayah negara Indonesia. Ini membuktikan bahwa kualitas UI sangat membanggakan. Menurut survey lokal yang terakhir dari Globe Asia (2008) UI mendapat peringkat pertama di antara universitas-universitas di Indonesia . Laporan ini juga didukung oleh Majalah Tempo, sebuah majalah utama di Indonesia, yang melakukan survei dan analisis tentang peringkat universitas dan pendidikan di Indonesia. Universitas Indonesia dinilai sebagai Universitas yang paling vibrant di Indonesia. Sejak tahun 2004, survey majalah Tempo melaporkan fakta bahwa lulusan UI adalah di antara sarjana lulusan terbaik di Indonesia menurut beberapa kriteria seperti kualitas lulusan, citra yang baik, kepuasan industri yang menggunakan tenaga kerja, kualitas pengajaran, metodologi pendidikan, kualitas fasilitas kampus yang berbasis lingkungan taman hutan raya yang hijau, serta keketatan persaingan masuk ke perguruan tinggi. Unit Kegiatan Mahasiswa Unit kegiatan mahasiswa merupakan organisasi kemahasiswaan di tingkat universitas yang fungsinya menampung berbagai minat dan bakat dari para mahasiswa UI. Unit kegiatan mahasiswa tersebut antara lain: UKM seni Marching Band Madah Bahana Orkes Simfoni Mawaditra Paduan Suara Paragita Liga Tari Krida Budaya Teater Mahasiswa Sinematografi Sinetra UKM olah raga Dancesports Cricket Bulu tangkis Softball Hoki Bola voli Atletik Tenis meja Tenis lapangan Sepak bola Bola basket Renang Catur Bridge Menembak Berkuda Memanah UKM bela diri Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI Tae Kwon Do Merpati Putih Karate Aikido UKM lain-lain Nuansa Islam Mahasiswa UI Wira Makara (Ex. Resimen Mahasiswa) Mapala UI (Mahasiswa Pecinta Alam UI) Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya Perhimpunan Fotografi EDS Komunitas Debat Bahasa Inggris CEDS (Kewirausahaan) Persekutuan Oikumene Universitas Indonesia Keluarga Mahasiswa Katolik UI Badan Otonom Pers Suara Mahasiswa UI Radio Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Indonesia Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma Universitas Indonesia Himpunan Mahasiswa Islam UI (HMI UI) Alumni UI Politik dan Pemerintahan Abdul Gafur, politisi Abdoel Halim, Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Halim (1949) Abdoel Hakim Garuda Nusantara, tokoh HAM Achmad Sujudi, Menteri Kesehatan Indonesia pada Kabinet Persatuan Nasional (1999-2001) dan Kabinet Gotong Royong (2001-2004) Adenan Kapau Gani, Wakil Perdana Menteri (1947—1948) Antony Zeidra Abidin, politikus Ali Alatas, diplomat Akbar Tanjung, politisi Arief Budiman, aktivis Armida Alisjahbana Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada Kabinet Indonesia Bersatu II Awang Faroek Ishak, Gubernur Kalimantan Timur Bachtiar Aly, Politisi Ben Mboi, Gubernur Nusa Tenggara Timur periode 1978-1988 Burhan Djabier Magenda, Mantan Politisi, Aktif Sebagai tenaga pengajar Chusnul Mar’iyah, Anggota KPU 2004, Tokoh Perempuan, Aktif sebagai tenaga pengajar Cosmas Batubara, politikus, Menteri Perburuhan, Ketua ILO, Aktif sebagai tenaga pengajar Darwin Zahedy Saleh, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia Denny Januar Ali, konsultan politik Djaelani Naro, politikus Effendi Ghazali, Pakar Komunikasi Politik Eko Wijayanto, Wakil Mentri Pemberdayaan aparatur negara dan reformasi birokrasi Endang Rahayu Sedyaningsih, mantan Menteri Kesehatan Erman Soeparno, politikus Eki Syachrudin, politikus Faisal Basri, ekonom dan politikus. Aktif sebagai tenaga pengajar Fahmi Idris, menteri perindustrian dan politisi partai Golkar Fauzi Bahar, walikota Padang Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta 2007—2012 Fahmi Idris, politikus dan pengusaha Hassan Wirajuda, politikus Harry Tjan Silalahi, tokoh politik Heru Cokro, aktivis mahasiswa Herman Lantang, aktivis mahasiswa Indra J. Piliang, politikus Irwan Prayitno, Gubernur Sumatera Barat periode 2010-2015 Jero Wacik, politikus Julian Aldrin Pasha, Juru Bicara Kepresidenan Juwono Sudarsono, politikus Koentjaraningrat, Budayawan Gatot Amrih, Gubernur Kalimantan Tengah periode 1984-1989 M. Rozy Munir, mantan menteri Marsillam Simanjuntak, Sekretaris Kabinet Januari 2000, Menteri Kehakiman Juni 2001, dan Jaksa Agung Republik Indonesia untuk periode Juli-Agustus 2001. Meutia Hatta, politikus Muhaimin Iskandar, politikus dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muliaman Darmansyah Hadad, Mantan Deputi Gubernur BI, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mohammad Andi Mattalatta, politikus Nazarudin Syamsudin, Ketua KPU 2004 Nurul Arifin, politikus; aktris Rachmat Saleh, mantan Menteri Perdagangan Indonesia tahun 1983 hingga tahun 1988 dan mantan gubernur Bank Indonesia Rama Pratama, politikus Radius Prawiro, ekonom dan politikus Rieke Diah Pitaloka, aktris dan politikus Ruyandi Hutasoit, mantan ketua Partai Damai Sejahtera Roy B.B. Janis, politikus Saleh Afiff, mantan Menteri Koordinator bidang Ekonomi dan Keuangan Kabinet Pembangunan VI (1993-1998). Soe Hok Gie, aktivis pergerakan mahasiswa Subroto, mantan Menteri Indonesia dan juga pernah menjabat sebagai Sekjen OPEC Suharna Surapranata, Menteri Negara Riset dan Teknologi Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu II Suwardjono Surjaningrat, Menteri Kesehatan Indonesia pada tahun 1978 hingga tahun 1988 pada Kabinet Pembangunan III dan Kabinet Pembangunan IV. Sofyan Djalil, mantan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Indonesia Sofyan Wanandi/Liem Bian Koen, Ketua APINDO Soegiharto, mantan Menteri Negara BUMN di Kabinet Indonesia Bersatu. Sjachwien Adenan, duta besar RI untuk Maroko Subur Budhisantoso, politikus Sri Mulyani, Mantan Menteri Keuangan, Direktur World Bank Sri Redjeki Sumarjoto, Menteri Negara Pemberdayaan Wanita pada Kabinet Gotong Royong Sulasikin Murpratomo, mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan 1987 hingga tahun 1988 Syahrir, pengusaha pasar modal, politisi Sjachwien Adenan, duta besar RI untuk Maroko Theo L. Sambuaga, mantan Menteri Negara Pemukiman dan Prasarana Wilayah Indonesia pada era Kabinet Reformasi Pembangunan Ubedilah Badrun, aktivis gerakan mahasiswa, pendiri FKSMJ Widjanarko Puspoyo, politikus Wirdyaningsih, anggota Bawaslu periode 2008-2012, Aktif sebagai Pengajar Yusril Ihza Mahendra, politikus Zubir Amin, diplomat Akademisi Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, menteri koordinator perekonomian pada Kabinet Gotong Royong, Dekan FEUI periode 1994-2001 Emil Salim, mantan menteri Indonesia. Guru besar tetap dan tenaga pengajar Faried Anfasa Moeloek Menteri Kesehatan pada Kabinet Reformasi Pembangunan Gumilar Rusliwa Somantri, rektor Universitas Indonesia Haryati Soebadio, Hendrik Robbert van Heekeren, ahli analisis ekspedisi prasejarah Indonesia Jimly Asshiddiqie, Ketua DKPP, Aktif sebagai Pengajar Mar’ie Muhammad mantan Menteri Keuangan pada periode Orde Baru Miriam Budiardjo, Guru Besar Ilmu Politik, pendiri AIPI Miranda Goeltom, ekonom, deputi senior gubernur Bank Indonesia, Guru besar tetap dan pengajar FEUI Mochtar Kusumaatmadja, akademisi dan diplomat Mulyana W. Kusumah, akademisi dan mantan anggota KPU Nugroho Notosusanto, mantan rektor dan mantna Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1985). Sangkot Marzuki, Direktur Lembaga Eijkman sejak 1992 Selo Soemardjan, Taufik Basari, advokat, aktivis hak asasi manusia, pendiri Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat, mantan aktivis Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan akademisi Indonesia, Bakal Calon Legislatif Partai NASDEM. Terry Mart, penemu partikel subatom D13, Guru Besar tetap dan pengajar Jurusan Fisika FMIPA UI. Vedi R. Hadiz, ilmuwan sosial Wahidin Soedirohoesodo, pahlawan nasional Widjojo Nitisastro, akademisi dan mantan menteri Wiranto Arismunandar, mantan rektor ITB 1988-1997 dan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Penyiaran dan Jurnalisme Adi Nugroho, presenter Ajeng Kamaratih, presenter Aries Susanto, presenter Alya Rohali, presenter Ayu Utami, aktivis jurnalis Feni Rose, presenter, bintang iklan, dan pengusaha Limystina Novatra, presenter Lucia Saharui, presenter Meidiana Hutomo, penyiar berita, presenter, dan pemeran sinetron Indonesia. Meuthia Kasim penyiar, presenter Najwa Shihab, presenter S. K. Trimurti, wartawati, penulis Satrio Arismunandar, pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Shahnaz Haque, presenter Titie Said, ketua Badan Sensor Perfilman Indonesia Valerina Daniel, presenter Wianda Pusponegoro, presenter Ekonomi dan Bisnis Armida Alisjahbana, kepala BAPPENAS Batara Ningrat Simatupang, ekonom dan tokoh sosialis Agus Martowardojo, menteri keuangan Indonesia; mantan direktur utama Bank Mandiri, Bank Permata, Bank Bumiputera, dan Bank Exim. Anwar Nasution, ketua BPK. Aktif sebagai tenaga pengajar (dosen) Ali Wardhana, ekonom, mantan menteri keuangan. Dekan FEUI periode 1967-1978 Chatib Basri, menteri keuangan Indonesia (2013-), ekonom, ketua Badan Koordinator Penanaman Modal Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia Emirsyah Satar, ekonom dan direktur utama PT Garuda Indonesia Faisal Basri, ekonom Eva Riyanti Hutapea, ekonom dan pebisnis Hotbonar Sinaga, direktur utama PT Jamsostek J. B. Sumarlin, ekonom dan mantan menteri Indonesia Rhenald Kasali, penulis Sri Edi Swasono, ekonom Sri Mulyani, managing director Bank Dunia; Mantan Menteri Keuangan dan Menko Perekonomian Indonesia Sjahrir, ekonom Tirto Utomo, pengusaha, pendiri perusahaan air minum dalam kemasan Aqua. Hukum Abdul Hakim Garuda Nusantara, pengacara dan pejuang HAM Abdul Rahman Saleh, mantan Jaksa Agung periode 2004—2007 Adnan Buyung Nasution, pengacara terkenal Charles Himawan, Professor Filsafat Hukum, Lulusan Hukum Harvard Purwoto Gandasubrata, ketua MA 1992-1994 Gouw Giok Siong, pakar hukum perdata internasional dan hukum antar golongan Harkristuti Harkrisnowo, mantan Dijen HAM Maria Farida Indrati, hakim konstitusi Mahkamah Konstitusi Indonesia periode 2008-2013 Nono Anwar Makarim, praktisi hukum Seni, Sastra, dan Budaya Achdiat K. Mihardja, sastrawan Adinegoro, sastrawan Amanda Roberta Zevannya, Miss Indonesia 2011 Anton Moeliono, ahli bahasa Indonesia Andien, penyanyi Andrea Hirata, seniman Agus R. Sarjono, penyair dan penulis Indonesia Asep S. Sambodja, sastrawan Ayatrohaedi. sastrawan Andrea Hirata, penulis novel best-seller Laskar Pelangi Arizal, sutradara film Bahrum Rangkuti, pujangga dan sastrawan Bernika Irnadianis Ifada, Puteri Indonesia 2000 Bondan Prakoso, musisi Candra Darusman musikus Catharina Leimena, guru dan pelatih vokal terkemuka Christine Panjaitan, penyanyi Dami N. Toda, kritikus sastra Desy Ratnasari, akrtis Donny Damara, aktor Dono, pelawak Dude Harlino, aktor Dian Sastrowardoyo, aktris Elfonda Mekel, penyanyi Ello, penyanyi Erna Libby, aktris Erwin Gutawa, musisi Fedi Nuril, aktor Indonesia Garin Nugroho, sutradara Ginatri S. Noer, penulis skenario film Gorys Keraf, ahli bahasa Indonesia Helvy Tiana Rosa, sastrawan Handojo, aktor Harimurti Kridalaksana, pakar linguistik Indonesia Hans Bague Jassin, pengarang, penyunting, dan kritikus sastra Ibnu Wahyudi, sastrawan Indriati Iskak, aktris Inez Tagor, model, pemain sinetron, presenter Intan Nuraini, aktris Jubing Kristianto, gitaris Jusuf Sjarif Badudu, pakar bahasa Indonesia Kasino Hadiwibowo, pelawak Khrisna Mukti, aktor Mang Udel, pelawak, pembawa acara radio Mat Solar, aktor Martinus Antonius Weselinus Brouwer, fenomenolog, psikolog, budayawan Nicholas Saputra, aktor Niniek L. Karim, aktris Nova Riyanti Yusuf, penulis Nungki Kusumastuti, penari dan aktris Nugie, musisi Nurmala Kartini Sjahrir, ketua Asosiasi Antropologi Indonesia Pepeng, pelawak dan presenter Prima Rusdi, penulis skenario Raditya Dika, penulis buku Ridwan Saidi, budayawan betawi Rossa, penyanyi Sapardi Djoko Damono, pujangga Sheila Dara Aisha, aktris dan penyanyi Slamet Muljana, ahli bahasa Srihadi Soedarsono, pelukis Tapi Omas Ihromi, antropolog Taufiq Ismail, sastrawan Teuku Adi Fitrian, musisi Tuti Indra Malaon, aktris Okky Asokawati, peragawati, model, bintang iklan, pembawa acara televisi, dan pemain sinetron Indonesia Radhar Panca Dahana, sastrawan Widi Puradiredja, drummer band Maliq And D’essentials Yasmine Zaki Shahab, budayawan betawi Vena Annisa, aktris dan presenter Kemanusiaan Gadis Arivia, filsuf, feminis Edi Suhardi Ekadjati, sejarawan Sarlito Wirawan Sarwono, psikolog dan mantan dekan Fakultas Psikologi UI Kesehatan Sujudi, Menteri Kesehatan Indonesia Siti Fadilah, ahli jantung, Menteri Kesehatan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu Hasri Ainun Besari, Ibu Presiden RI Ke-3 , dokter di jerman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar