27 Juni 2015
Sekilas Tentang Universitas Indonesia
Universitas Indonesia (UI) merupakan universitas tertua di Indonesia. Berawal dari Sekolah Dokter Jawa di tahun 1849, UI menjadi salah satu universitas terbaik di Indonesia. Alumni UI telah melalang buana dalam membangun negeri ini bahkan turut serta dalam membangun peradaban dunia. UI telah mampu men-trigger berdirinya universitas-universitas lain seperti Institut Pertanian Bogor (Dulu Fakultas Pertanian dan Kedokteran Hewan UI), Institut Teknologi Bandung (Dulu Fakultas Teknik, MIPA, dan Seni Rupa UI), Universitas Negeri Jakarta (Dulu Fakultas Pendidikan UI), Universitas Pendidikan Indonesia (Dulu Program Studi Pendidikan Olahraga UI), Universitas Airlangga (Dulu Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi Cabang Surabaya UI), dan Universitas Hasanuddin (Dulu Fakultas Ekonomi UI). UI menjelma sebagai salah satu pilar kebangkitan dalam membangun peradaban bangsa Indonesia dalam bidang kesehatan, sosial, budaya, ilmu pengetahuan alam, teknologi, dan informasi. Alumni UI telah tersebar dalam berbagai bidang kemasyarakatan, pemerintahan, perusahaan, maupun dalam ranah kewirasuhaan. UI mempunyai dua kampus, yaitu di Salemba dan di Depok.
Sejarah UI
Sejarah Universitas Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 1849. Ketika itu, pemerintah kolonial Belanda mendirikan sebuah sekolah yang bertujuan untuk menghasilkan asisten dokter tambahan. Pelajar di sekolah itu mendapatkan pelatihan kedokteran selama dua tahun. Lulusannya diberikan sertifikat untuk melakukan perawatan-perawatan tingkat dasar serta mendapatkan gelar Dokter Jawa (Javanese Doctor), bergelar demikian karena dokter ini hanya diberi izin untuk membuka praktek di wilayah Hindia Belanda, terutama di pulau Jawa. Pada tahun 1864, program pendidikan tersebut ditambah waktunya menjadi tiga tahun, dan pada tahun 1875 menjadi 7 tahun. Gelar yang diberikan pun berubah menjadi Dokter Medis (Medical Doctor).
Pada tahun 1898, pemerintah kolonial mendirikan sekolah baru untuk melatih tenaga medis, yaitu STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen). Pendidikan di STOVIA berlangsung selama 9 tahun: 3 tahun setingkat SMP, tiga tahun setingkat SMA, dan tiga tahun lainnya setingkat Diploma. Banyak lulusan STOVIA yang kemudian memainkan peranan penting dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1924 pemerintah kolonial mendirikan RHS (Rechtshoogeschool te Batavia – Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta) yang bertujuan untuk memenuhi tenaga administrasi sipil rendahan. RHS inilah yang menjadi cikal-bakal Fakultas Hukum UI. Pada tahun 1927 mengubah status dan nama STOVIA menjadi GHS (Geneeskundige Hogeschool). Gedung pendidikan dan pelatihan kedokteran yang digunakan GHS menjadi gedung Fakultas Kedokteran UI saat ini. Banyak alumni GHS yang kemudian berperan besar dalam pendirian Universitas Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia dideklarasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Badan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (BPTRI) didirikan di Jakarta. BPTRI memiliki tiga fakultas, yaitu Kedokteran dan Farmasi, Sastra, dan Hukum. Pada tahun yang sama, institusi ini berhasil meluluskan 90 orang sebagai dokter. Ketika tentara kolonial Belanda kembali menguasai Jakarta pada akhir tahun 1945, BPTRI dipindahkan ke Klaten, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Malang. Pada tanggal 21 Juni 1946 NICA mendirikan sebuah Nood Universiteit atau Universitas Sementara di Jakarta. Pada tanggal 21 Maret 1947, nama Nood Universiteit diganti menjadi Universiteit van Indonesie (UVI). Akhirnya, setelah Jakarta berhasil diambil alih kembali, pemerintah mengembalikan BPTRI ke Jakarta dan menggabungkannya dengan Universiteit van Indonesie, dan memberinya nama baru Universiteit Indonesia (UI).
UI secara resmi memulai kegiatannya pada 2 Februari 1950 dengan presiden (saat ini disebut rektor) pertamanya Ir. R.M. Pandji Soerachman Tjokroadisoerio. Kantor Presiden Universiteit Indonesia mula-mula berkedudukan di Jakarta, tepatnya di gedung Fakultas Kedokteran di Jl Salemba Raya no. 6, kemudian dipindahkan ke salah satu bangunan bekas pabrik madat di Jl. Samlemba Raya no. 4, Jakarta. Tanggal 2 Februari 1950 kemudian dijadikan hari kelahiran Universitas Indonesia.
Awalnya, UI memiliki 9 fakultas dan 3 lembaga yang tersebar di lima kota, yaitu Fakulteit Kedokteran, Fakulteit Ilmu Hukum dan Ilmu Pengetahuan Masyarakat, serta Fakulteit Sastra dan Filsafat di Jakarta; Fakulteit Ilmu Alam dan Ilmu Pasti, Fakulteit Ilmu Pengetahuan Teknik, dan Lembaga Pendidikan Guru Menggambar di Bandung; Fakulteit Pertanian dan Fakulteit Kedokteran Hewan di Bogor; Fakulteit Ekonomi di Makassar; Fakulteit Kedokteran dan Lembaga Kedokteran Gigi di Surabaya.
Pada tahun 1955, Undang-Undang No. 10 tentang pengubahan kata universiteit, universitet, dan universitit disyahkan, sehingga sejak itu, Universiteit Indonesia secara resmi diubah namanya menjadi Universitas Indonesia.
Berangsur-angsur fakultas-fakultas yang berada di daerah memisahkan diri membentuk lembaga pendidikan yang berdiri sendiri. Pada tanggal 2 Maret 1959 Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam di Bandung memisahkan diri menjadi Institut Teknologi Bandung. Selanjutnya pada 1 September 1963 Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan UI memisahkan diri pula menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB) yang kini menjadi perguruan tinggi pertanian terkemuka bertaraf internasional. Fakultas di Surabaya menjadi Universitas Airlangga dan di Makassarmenjadi Universitas Hasanuddin. Pada 1964 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta dan kini berubah kembali menjadi Universitas Negeri Jakarta.
Ketika Orde Baru dimulai pada tahun 1966, pemerintah menunjuk beberapa guru besar UI untuk menduduki jabatan menteri dengan tujuan untuk memulihkan kembali situasi ekonomi nasional. Sejak saat itu, UI secara konstan telah memberikan kontribusi nyata pada usaha-usaha pemerintah untuk meraih kemakmuran nasional.
Pada tanggal 26 Desember 2000 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 152 tahun 2000, UI ditetapkan sebagai perguruan tinggi berstatus badan hukum milik negara (BHMN). Dalam status tersebut, UI wajib lebih mengedepankan kinerja pengelolaan sebuah universitas publik dengan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, akuntabilitas, dan transparansi. Status sebagai BHMN tersebut direncanakan akan berakhir paling lambat pada tahun 2013, dan saat ini UI sedang dalam masa transisi pengembalian status menjadi perguruan tinggi negeri. (Diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Indonesia tanggal 16 November 2013)
Akademis
UI mempunyai 13 Fakultas, 1 Program Vokasi, dan 1 Program Pasca Sarjana Multidisiplin. Fakultas-fakultas tersebut adalah:
Fakultas Kedokteran (FK)
Fakultas Kedokteran Gigi (FKG)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Fakultas Teknik (FT)
Fakultas Hukum (FH)
Fakultas Ekonomi (FE)
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB)
Fakultas Psikologi (FPsi)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)
Fakultas Ilmu Komputer (FASILKOM)
Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK)
Fakultas Farmasi (FF)
Program Vokasi
Program Pasca Sarjana Multidisiplin
Fakultas dan program di UI telah mengacu pada standar nasional pemerintah dan telah diakreditasi oleh BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi). Selain itu, beberapa Departemen dan Program Studi di UI telah mendapatkan sertifikasi ISO (Internasional Standar Organization) dan AUN (ASEAN University Network). Hal ini menunjukkan bahwa UI telah melangkah untuk menjadi universitas terbaik di Indonesia dan melebarkan sayap menjadi World Class University.
Fasilitas
UI sebagai universitas unggul mempunyai fasilitas yang representatif dan mendukung kegiatan mahasiswa, staf pengajar, dan karyawan. Fasilitas tersebut antara lain adalah:
Ruang Kuliah yang representatif, full AC, LCD Proyektor, Speaker, OHP, dan Kedap Suara Luar. Kebanyakan Fakultas di UI menerapkan sistem gedung kuliah bersama.
Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa). Biasanya digunakan untuk kegiatan BEM, DPM, dan Unit Kegiatan Mahasiswa UI.
Pusat Kesehatan Mahasiswa (PKM). Diperuntukkan untuk kesehatan mahasiswa UI secara gratis.
Kompleks Wisma Makara. Terdapat penginapan (sekelas hotel bintang 3), kolam renang, ruang pertemuan, dan aula .
Bis Kuning (Bikun). Bis yang berkeliling kampus UI. Senin-Jumat (07.00-21.00) dan Sabtu (07.00-14.00). GRATIS.
Sepeda Kuning (Spekun). Sepeda yang dapat digunakan mengelilingi Kampus UI dengan hanya menunjukkan kartu tanda mahasiswa UI.
Perpustakaan Pusat UI. Perpustakaan dengan koleksi 1 juta judul buku dan merupakan perpustakaan terbesar di Asia Tenggara.
Selain itu ada fasilitas dan sarana olahraga yang dimiliki oleh UI antara lain:
Stadion
Lapangan sepak bola & futsal
Lompat jangkit
Atletik
Indoor (gymnasium)
Lapangan bulu tangkis
Lapangan bola voli
Lapangan bola basket
Outdoor
Lapangan hoki
Lapangan tenis (4 line)
Lapangan basket (3 line)
Lapangan voli (3 line)
Lapangan bulutangkis (1 line)
Peringkat UI
UI secara konsisten masuk dalam daftar universitas papan atas di dunia. Data terbaru, UI menduduki peringkat ke-217 dalam Peringkat Universitas Dunia QS 2011. Sebelumnya, UI menduduki peringkat ke-250 (2005 dan 2006), ke-395 (2007), ke-287 (2008), ke-201 (2009), dan ke-236 (2010). UI juga menduduki peringkat ke-50 dalam Peringkat Universitas Asia QS 2011.
Pada tahun 2013 ini UI menempati peringkat 309 untuk Peringkat Universitas Dunia QS dan menempati peringkat 64 dalam Peringkat Universitas Asia QS. Meskipun turun, UI masih berada di peringkat 1 apabila dalam wilayah negara Indonesia. Ini membuktikan bahwa kualitas UI sangat membanggakan.
Menurut survey lokal yang terakhir dari Globe Asia (2008) UI mendapat peringkat pertama di antara universitas-universitas di Indonesia . Laporan ini juga didukung oleh Majalah Tempo, sebuah majalah utama di Indonesia, yang melakukan survei dan analisis tentang peringkat universitas dan pendidikan di Indonesia. Universitas Indonesia dinilai sebagai Universitas yang paling vibrant di Indonesia. Sejak tahun 2004, survey majalah Tempo melaporkan fakta bahwa lulusan UI adalah di antara sarjana lulusan terbaik di Indonesia menurut beberapa kriteria seperti kualitas lulusan, citra yang baik, kepuasan industri yang menggunakan tenaga kerja, kualitas pengajaran, metodologi pendidikan, kualitas fasilitas kampus yang berbasis lingkungan taman hutan raya yang hijau, serta keketatan persaingan masuk ke perguruan tinggi.
Unit Kegiatan Mahasiswa
Unit kegiatan mahasiswa merupakan organisasi kemahasiswaan di tingkat universitas yang fungsinya menampung berbagai minat dan bakat dari para mahasiswa UI. Unit kegiatan mahasiswa tersebut antara lain:
UKM seni
Marching Band Madah Bahana
Orkes Simfoni Mawaditra
Paduan Suara Paragita
Liga Tari Krida Budaya
Teater Mahasiswa
Sinematografi Sinetra
UKM olah raga
Dancesports
Cricket
Bulu tangkis
Softball
Hoki
Bola voli
Atletik
Tenis meja
Tenis lapangan
Sepak bola
Bola basket
Renang
Catur
Bridge
Menembak
Berkuda
Memanah
UKM bela diri
Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI
Tae Kwon Do
Merpati Putih
Karate
Aikido
UKM lain-lain
Nuansa Islam Mahasiswa UI
Wira Makara (Ex. Resimen Mahasiswa)
Mapala UI (Mahasiswa Pecinta Alam UI)
Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya
Perhimpunan Fotografi
EDS Komunitas Debat Bahasa Inggris
CEDS (Kewirausahaan)
Persekutuan Oikumene Universitas Indonesia
Keluarga Mahasiswa Katolik UI
Badan Otonom Pers Suara Mahasiswa UI
Radio Mahasiswa
Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Indonesia
Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma Universitas Indonesia
Himpunan Mahasiswa Islam UI (HMI UI)
Alumni UI
Politik dan Pemerintahan
Abdul Gafur, politisi
Abdoel Halim, Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Halim (1949)
Abdoel Hakim Garuda Nusantara, tokoh HAM
Achmad Sujudi, Menteri Kesehatan Indonesia pada Kabinet Persatuan Nasional (1999-2001) dan Kabinet Gotong Royong (2001-2004)
Adenan Kapau Gani, Wakil Perdana Menteri (1947—1948)
Antony Zeidra Abidin, politikus
Ali Alatas, diplomat
Akbar Tanjung, politisi
Arief Budiman, aktivis
Armida Alisjahbana Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada Kabinet Indonesia Bersatu II
Awang Faroek Ishak, Gubernur Kalimantan Timur
Bachtiar Aly, Politisi
Ben Mboi, Gubernur Nusa Tenggara Timur periode 1978-1988
Burhan Djabier Magenda, Mantan Politisi, Aktif Sebagai tenaga pengajar
Chusnul Mar’iyah, Anggota KPU 2004, Tokoh Perempuan, Aktif sebagai tenaga pengajar
Cosmas Batubara, politikus, Menteri Perburuhan, Ketua ILO, Aktif sebagai tenaga pengajar
Darwin Zahedy Saleh, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia
Denny Januar Ali, konsultan politik
Djaelani Naro, politikus
Effendi Ghazali, Pakar Komunikasi Politik
Eko Wijayanto, Wakil Mentri Pemberdayaan aparatur negara dan reformasi birokrasi
Endang Rahayu Sedyaningsih, mantan Menteri Kesehatan
Erman Soeparno, politikus
Eki Syachrudin, politikus
Faisal Basri, ekonom dan politikus. Aktif sebagai tenaga pengajar
Fahmi Idris, menteri perindustrian dan politisi partai Golkar
Fauzi Bahar, walikota Padang
Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta 2007—2012
Fahmi Idris, politikus dan pengusaha
Hassan Wirajuda, politikus
Harry Tjan Silalahi, tokoh politik
Heru Cokro, aktivis mahasiswa
Herman Lantang, aktivis mahasiswa
Indra J. Piliang, politikus
Irwan Prayitno, Gubernur Sumatera Barat periode 2010-2015
Jero Wacik, politikus
Julian Aldrin Pasha, Juru Bicara Kepresidenan
Juwono Sudarsono, politikus
Koentjaraningrat, Budayawan
Gatot Amrih, Gubernur Kalimantan Tengah periode 1984-1989
M. Rozy Munir, mantan menteri
Marsillam Simanjuntak, Sekretaris Kabinet Januari 2000, Menteri Kehakiman Juni 2001, dan Jaksa Agung Republik Indonesia untuk periode Juli-Agustus 2001.
Meutia Hatta, politikus
Muhaimin Iskandar, politikus dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Muliaman Darmansyah Hadad, Mantan Deputi Gubernur BI, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Mohammad Andi Mattalatta, politikus
Nazarudin Syamsudin, Ketua KPU 2004
Nurul Arifin, politikus; aktris
Rachmat Saleh, mantan Menteri Perdagangan Indonesia tahun 1983 hingga tahun 1988 dan mantan gubernur Bank Indonesia
Rama Pratama, politikus
Radius Prawiro, ekonom dan politikus
Rieke Diah Pitaloka, aktris dan politikus
Ruyandi Hutasoit, mantan ketua Partai Damai Sejahtera
Roy B.B. Janis, politikus
Saleh Afiff, mantan Menteri Koordinator bidang Ekonomi dan Keuangan Kabinet Pembangunan VI (1993-1998).
Soe Hok Gie, aktivis pergerakan mahasiswa
Subroto, mantan Menteri Indonesia dan juga pernah menjabat sebagai Sekjen OPEC
Suharna Surapranata, Menteri Negara Riset dan Teknologi Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu II
Suwardjono Surjaningrat, Menteri Kesehatan Indonesia pada tahun 1978 hingga tahun 1988 pada Kabinet Pembangunan III dan Kabinet Pembangunan IV.
Sofyan Djalil, mantan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Indonesia
Sofyan Wanandi/Liem Bian Koen, Ketua APINDO
Soegiharto, mantan Menteri Negara BUMN di Kabinet Indonesia Bersatu.
Sjachwien Adenan, duta besar RI untuk Maroko
Subur Budhisantoso, politikus
Sri Mulyani, Mantan Menteri Keuangan, Direktur World Bank
Sri Redjeki Sumarjoto, Menteri Negara Pemberdayaan Wanita pada Kabinet Gotong Royong
Sulasikin Murpratomo, mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan 1987 hingga tahun 1988
Syahrir, pengusaha pasar modal, politisi
Sjachwien Adenan, duta besar RI untuk Maroko
Theo L. Sambuaga, mantan Menteri Negara Pemukiman dan Prasarana Wilayah Indonesia pada era Kabinet Reformasi Pembangunan
Ubedilah Badrun, aktivis gerakan mahasiswa, pendiri FKSMJ
Widjanarko Puspoyo, politikus
Wirdyaningsih, anggota Bawaslu periode 2008-2012, Aktif sebagai Pengajar
Yusril Ihza Mahendra, politikus
Zubir Amin, diplomat
Akademisi
Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, menteri koordinator perekonomian pada Kabinet Gotong Royong, Dekan FEUI periode 1994-2001
Emil Salim, mantan menteri Indonesia. Guru besar tetap dan tenaga pengajar
Faried Anfasa Moeloek Menteri Kesehatan pada Kabinet Reformasi Pembangunan
Gumilar Rusliwa Somantri, rektor Universitas Indonesia
Haryati Soebadio,
Hendrik Robbert van Heekeren, ahli analisis ekspedisi prasejarah Indonesia
Jimly Asshiddiqie, Ketua DKPP, Aktif sebagai Pengajar
Mar’ie Muhammad mantan Menteri Keuangan pada periode Orde Baru
Miriam Budiardjo, Guru Besar Ilmu Politik, pendiri AIPI
Miranda Goeltom, ekonom, deputi senior gubernur Bank Indonesia, Guru besar tetap dan pengajar FEUI
Mochtar Kusumaatmadja, akademisi dan diplomat
Mulyana W. Kusumah, akademisi dan mantan anggota KPU
Nugroho Notosusanto, mantan rektor dan mantna Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1985).
Sangkot Marzuki, Direktur Lembaga Eijkman sejak 1992
Selo Soemardjan,
Taufik Basari, advokat, aktivis hak asasi manusia, pendiri Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat, mantan aktivis Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan akademisi Indonesia, Bakal Calon Legislatif Partai NASDEM.
Terry Mart, penemu partikel subatom D13, Guru Besar tetap dan pengajar Jurusan Fisika FMIPA UI.
Vedi R. Hadiz, ilmuwan sosial
Wahidin Soedirohoesodo, pahlawan nasional
Widjojo Nitisastro, akademisi dan mantan menteri
Wiranto Arismunandar, mantan rektor ITB 1988-1997 dan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Penyiaran dan Jurnalisme
Adi Nugroho, presenter
Ajeng Kamaratih, presenter
Aries Susanto, presenter
Alya Rohali, presenter
Ayu Utami, aktivis jurnalis
Feni Rose, presenter, bintang iklan, dan pengusaha
Limystina Novatra, presenter
Lucia Saharui, presenter
Meidiana Hutomo, penyiar berita, presenter, dan pemeran sinetron Indonesia.
Meuthia Kasim penyiar, presenter
Najwa Shihab, presenter
S. K. Trimurti, wartawati, penulis
Satrio Arismunandar, pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
Shahnaz Haque, presenter
Titie Said, ketua Badan Sensor Perfilman Indonesia
Valerina Daniel, presenter
Wianda Pusponegoro, presenter
Ekonomi dan Bisnis
Armida Alisjahbana, kepala BAPPENAS
Batara Ningrat Simatupang, ekonom dan tokoh sosialis
Agus Martowardojo, menteri keuangan Indonesia; mantan direktur utama Bank Mandiri, Bank Permata, Bank Bumiputera, dan Bank Exim.
Anwar Nasution, ketua BPK. Aktif sebagai tenaga pengajar (dosen)
Ali Wardhana, ekonom, mantan menteri keuangan. Dekan FEUI periode 1967-1978
Chatib Basri, menteri keuangan Indonesia (2013-), ekonom, ketua Badan Koordinator Penanaman Modal
Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia
Emirsyah Satar, ekonom dan direktur utama PT Garuda Indonesia
Faisal Basri, ekonom
Eva Riyanti Hutapea, ekonom dan pebisnis
Hotbonar Sinaga, direktur utama PT Jamsostek
J. B. Sumarlin, ekonom dan mantan menteri Indonesia
Rhenald Kasali, penulis
Sri Edi Swasono, ekonom
Sri Mulyani, managing director Bank Dunia; Mantan Menteri Keuangan dan Menko Perekonomian Indonesia
Sjahrir, ekonom
Tirto Utomo, pengusaha, pendiri perusahaan air minum dalam kemasan Aqua.
Hukum
Abdul Hakim Garuda Nusantara, pengacara dan pejuang HAM
Abdul Rahman Saleh, mantan Jaksa Agung periode 2004—2007
Adnan Buyung Nasution, pengacara terkenal
Charles Himawan, Professor Filsafat Hukum, Lulusan Hukum Harvard
Purwoto Gandasubrata, ketua MA 1992-1994
Gouw Giok Siong, pakar hukum perdata internasional dan hukum antar golongan
Harkristuti Harkrisnowo, mantan Dijen HAM
Maria Farida Indrati, hakim konstitusi Mahkamah Konstitusi Indonesia periode 2008-2013
Nono Anwar Makarim, praktisi hukum
Seni, Sastra, dan Budaya
Achdiat K. Mihardja, sastrawan
Adinegoro, sastrawan
Amanda Roberta Zevannya, Miss Indonesia 2011
Anton Moeliono, ahli bahasa Indonesia
Andien, penyanyi
Andrea Hirata, seniman
Agus R. Sarjono, penyair dan penulis Indonesia
Asep S. Sambodja, sastrawan
Ayatrohaedi. sastrawan
Andrea Hirata, penulis novel best-seller Laskar Pelangi
Arizal, sutradara film
Bahrum Rangkuti, pujangga dan sastrawan
Bernika Irnadianis Ifada, Puteri Indonesia 2000
Bondan Prakoso, musisi
Candra Darusman musikus
Catharina Leimena, guru dan pelatih vokal terkemuka
Christine Panjaitan, penyanyi
Dami N. Toda, kritikus sastra
Desy Ratnasari, akrtis
Donny Damara, aktor
Dono, pelawak
Dude Harlino, aktor
Dian Sastrowardoyo, aktris
Elfonda Mekel, penyanyi
Ello, penyanyi
Erna Libby, aktris
Erwin Gutawa, musisi
Fedi Nuril, aktor Indonesia
Garin Nugroho, sutradara
Ginatri S. Noer, penulis skenario film
Gorys Keraf, ahli bahasa Indonesia
Helvy Tiana Rosa, sastrawan
Handojo, aktor
Harimurti Kridalaksana, pakar linguistik Indonesia
Hans Bague Jassin, pengarang, penyunting, dan kritikus sastra
Ibnu Wahyudi, sastrawan
Indriati Iskak, aktris
Inez Tagor, model, pemain sinetron, presenter
Intan Nuraini, aktris
Jubing Kristianto, gitaris
Jusuf Sjarif Badudu, pakar bahasa Indonesia
Kasino Hadiwibowo, pelawak
Khrisna Mukti, aktor
Mang Udel, pelawak, pembawa acara radio
Mat Solar, aktor
Martinus Antonius Weselinus Brouwer, fenomenolog, psikolog, budayawan
Nicholas Saputra, aktor
Niniek L. Karim, aktris
Nova Riyanti Yusuf, penulis
Nungki Kusumastuti, penari dan aktris
Nugie, musisi
Nurmala Kartini Sjahrir, ketua Asosiasi Antropologi Indonesia
Pepeng, pelawak dan presenter
Prima Rusdi, penulis skenario
Raditya Dika, penulis buku
Ridwan Saidi, budayawan betawi
Rossa, penyanyi
Sapardi Djoko Damono, pujangga
Sheila Dara Aisha, aktris dan penyanyi
Slamet Muljana, ahli bahasa
Srihadi Soedarsono, pelukis
Tapi Omas Ihromi, antropolog
Taufiq Ismail, sastrawan
Teuku Adi Fitrian, musisi
Tuti Indra Malaon, aktris
Okky Asokawati, peragawati, model, bintang iklan, pembawa acara televisi, dan pemain sinetron Indonesia
Radhar Panca Dahana, sastrawan
Widi Puradiredja, drummer band Maliq And D’essentials
Yasmine Zaki Shahab, budayawan betawi
Vena Annisa, aktris dan presenter
Kemanusiaan
Gadis Arivia, filsuf, feminis
Edi Suhardi Ekadjati, sejarawan
Sarlito Wirawan Sarwono, psikolog dan mantan dekan Fakultas Psikologi UI
Kesehatan
Sujudi, Menteri Kesehatan Indonesia
Siti Fadilah, ahli jantung, Menteri Kesehatan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu
Hasri Ainun Besari, Ibu Presiden RI Ke-3 , dokter di jerman
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar